5. Laki-laki tidak perlu membela hak kaum perempuan dan kaum marginal lain.
6. Menganggap "keren" perilaku berbahaya dan beresiko seperti, berkendara dalam kecepatan tinggi, minum alkohol, dan merokok dan mengonsumsi obat terlarang.
7. Menganggap kegiatan dalam rumah tangga seperti memasak, menyapu, berkebun, dan mengasuh anak sebagai tugas perempuan.
Bisa dilihat dari ciri-ciri tersebut, stereotip pria tradisional yang dominan secara sosial (bersama dengan sifat-sifat terkait seperti misogini dan homofobia) dapat dianggap "beracun" karena mempromosikan kekerasan, termasuk kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga.
Mengingat penyebarannya di masyarakat, toxic masculinity dapat dianggap sebagai masalah utama. Kita harus memahami bahwa tindakan seperti ini biasa terjadi karena pengaruhnya menjadi lebih jelas. Menemukan masalah ini butuh adanya evaluasi masyarakat. Perubahan sosial yang dibawa oleh hak asasi manusia dan pendidikan gender akan berpengaruh pada perkembangan struktur sosial tipe baru.
Namun, hal ini dapat diatasi dengan cara berhenti menghakimi Laki-Laki karena kejantanannya oleh masyarakat, karena setiap orang berhak untuk tumbuh dan berhasil sesuai dengan kepribadian mereka. Dorong lelaki untuk membiasakan diri mengekspresikan diri dan ajarkan menumbuhkan rasa empati pada anak lelaki. Ini harus dilakukan sejak dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H