Mohon tunggu...
mutia rizal
mutia rizal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Birokrasi: Analogi Setelan Jas Jose Mourinho

22 Agustus 2016   11:39 Diperbarui: 22 Agustus 2016   18:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Beberapa waktu lalu sebelum Liga Premiere 2016/2017 dimulai, seperti diberitakan di beberapa media online,  Jose Mourinho (Mr. Mou), arsitek baru Manchester United, membawa pasukannya untuk berlatih tanding di Shanghai. Dalam tour nya, Mr. Mou tidak membawa Mas Ibra, pemain anyar andalannya. Dalam menjelaskan kenapa dia tidak membawa mas Ibra, dia menggunakan analogi ‘setelan jas’.. Dalam membeli jas, dia lebih senang jika jas itu didapatkan dengan cara memesan daripada membeli jas yang sudah jadi. Dengan memesan, akan didapatkan ukuran dan pola yang detil sesuai dengan yang dikehendaki. 

Jas yang dihasilkan tentu saja tidak langsung jadi, tapi saat dikenakan jas akan memuaskan karena bentuk dan gayanya sesuai dan ukuran pas di tubuh si pemakai.  Hubungannya dengan Mas Ibra, tentu saja bukannya Mr Mou mau membelikan jas untuk Mas Ibra, tapi Mas Ibra dan pemain lainnya diibaratkan sebagai jas yang masing-masing pemain punya bentuk tubuh, kekuatan fisik, mental dan pikiran yang berbeda-beda. Kesemuanya perlu diukur satu-satu, tidak bisa disamaratakan. ‘I do the same for players. There are no two players the same’, begitu katanya.

Dengan analogi setelan jas, Mr. Mou meracik pasukannya dengan analisis detil tentang masing-masing pemain. Mereka bagaikan jas yang nantinya akan dipakai. Apapun bahan jas itu, bisa dipermak jadi indah baik dari gaya, bentuk, ukuran sampai penentuan kancing yang cocok yang kemudian bisa dipakai sehingga Mr Mou tampak gagah dan ganteng. Dengan memesan jas, itu berarti bahwa jas yang dihasilkan akan sangat khusus baik dari ukuran maupun gaya dan bentuk. Jika membeli jas di toko, ukuran jas akan sama (all size), kalaupun berbeda hanya akan ada paling tidak dua atau tiga macam ukuran itupun belum tentu nyaman dipakai.

Mas Ibra, yang kita tahu adalah seorang ikon sepakbola dunia, dia adalah pemain yang sebenarnya sudah jadi dalam kekuatan dan teknik, namun dia adalah pemain yang belum pernah memenangi kejuaraan bergengsi baik di level klub lintas negara maupun level timnas. Paling-paling menjuarai liga di suatu negara, tapi belum pernah memenangi piala champion. Ditambah ambisinya yang baru saja gagal dalam memperkuat Swedia dalam piala eropa yang hanya menjadi juru kunci di grup. Bisa jadi inilah alasan utama Mr. Mou masih memberikan cuti liburannya lebih panjang daripada pemain lain. Mas Ibra masih memerlukan banyak waktu untuk me-refresh perasaan, benak, dan mental nya agar dapat siap melaksanakan tugas di klub barunya. 

Meskipun Mr. Mou tidak gamblang mengatakan itu, bahkan dia mengatakan pada wartawan, bayak hal yang harus saya pertimbangkan yang anda mungkin tidak tau dan sepertinya anda tidak perlu tau.  Bisa jadi jika Mas Ibra dipaksa untuk ikut tour pada saat itu, Mas Ibra akan merasa tidak santai dan terpaksa. Dia akan merasa seolah dia hanyalah sebuah robot untuk mencapai ambisi sang pelatih, yaitu Mr. Mou. Banyak pemain bintang yang akhirnya tidak bersinar di suatu klub karena penanganan yang tidak tepat oleh sang pelatih.

Disinilah poin pentingnya. Seorang pemimpin berusaha memahami segala sesuatu tentang personil yang dipimpinnya, ya bakatnya, minatnya, kekuatannya, kelemahannya, sampai mungkin gaya hidup nya. Pemimpin tau betul akan diapakan personilnya dengan cara memahami dan menaruhnya pada tempat yang tepat. Repot memang, karena memahami dengan perhitungan yang detil memang bukan hal yang mudah. Namun efeknya sungguh besar. Rooney, De Gea, Fellani, Lingard, Juan Mata, Smalling, dan pemain lainnya mengakui atmosfir di klub sungguh nyaman. Bahkan Pogba sangat senang bisa kembali ke Manchester United, klub lamanya. 

Liga memang baru saja bergulir, akan banyak sekali pertandingan dan kejutan nantinya. Kita tidak tau apakah MU dapat menorehkan prestasi gemilang di musim ini dan musim selanjutnya mengingat Liga Primer saat ini semakin ketat dengan banyaknya pemain dan pelatih paten, tapi yang jelas pemain merasakan kenyamanan dalam berlatih dan bertugas di lapangan, lebih daripada sebelumnya.

Saya jadi teringat strategi perusahaan terutama perbankan dalam pembinaan sumber daya manusia nya. ‘know your employee’, strategi itu dikenal untuk meminimalisir perbuatan kecurangan para pegawai di perusahaan. Dengan mengenal pegawai nya, perusahaan diharapkan mampu mencegah potensi perbuatan menyimpang. Lebih dari itu perusahaan sebenarnya mampu menempatkan pegawainya di tempat yang tepat. Tapi itu sepertinya hanya menjadi sebuah strategi di atas kertas, pada kenyataannya strategi itu kini mulai ditinggalkan. Mungkin karena merepotkan dan dirasa membuang waktu saja.

Di birokrasi sektor publik, banyak sekali rencana pembinaan SDM, bahkan telah mengadopsi manajemen SDM dengan pergantian istilah ‘human resources management’ yang menganggap personil sebagai cost (beban) menjadi ‘human capital management’ yang menganggap personil  sebagai harta (intangible asset) penting organisasi. Jangan-jangan salah lagi menganggap pegawai sebagai asset, aset dikiranya seperti mesin yang bisa dipakai kapan saja dimana saja sesukanya. Kalau rusak ya diservis dan kalau parah ya beli baru.

Karena pada kenyataannya masih banyak sekali keluhan para pegawainya yang mengatakan tempat dan tugasnya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Jarang sekali ada dialog atasan menanyakan pegawai punya minat dan potensi apa lalu ditempatkan di posisi yang tepat. Yang eksis adalah pegawai yang patuh dan pekerjaan memuaskan atasan yang kemudian mendapatkan tempat istimewa. Istimewa di pikiran bos, belum tentu juga sesuai dengan minat dan bakat si pegawai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun