Mohon tunggu...
mutia rizal
mutia rizal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Birokrasi: Analogi Setelan Jas Jose Mourinho

22 Agustus 2016   11:39 Diperbarui: 22 Agustus 2016   18:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : www.goal.com

Kompetensi yang dimiliki lebih banyak diukur dari pegawai pernah mengikuti training apa, padahal dia mengikuti training belum tentu karena ketertarikannya terhadap materi, justru banyak yang ikut training karena perintah atasan. Kalaupun permintan sendiri karena ingin melepaskan dari rutinitas pekerjaan. Tidak ada database yang lengkap, kuantitaif atau kualitatif,  yang mampu mengukur secara akurat tentang potensi para pegawai.

Dan sedihnya, banyak para bos di tingkatan apapun mengalami fenomena ‘Pygmalion Effect’, sebuah stigma tentang konsep diri manusia yang mampu membuat sebuah anggapan bisa menjadi kenyatan. Jika pegawai dianggap malas, ya nantinya akan menjadi malas betulan. Beberapa pegawai yang menunjukkan kinerja tidak sesuai harapan atau mungkin malah malas-malasan langsung di cap sebagai pegawai yang tidak niat bekerja. Dengan judgement sepihak, otomatis pegawai yang bersangkutan tidak pernah dianggap sebagai pegawai yang berkinerja baik bahkan cenderung menyalahkan proses rekrutmen terdahulu. 

Begitupun, bagi pegawai tadi, suasana “tidak dianggap” akan semakin meruntuhkan motivasi bekerja, alih-alih memperbaiki sikapnya, justru ingin segera mungkin keluar dari ketidaknyamanan lingkungan. Padahal kemungkinan si pegawai tadi memiliki bakat dan minat pada tugas yang lain yang mampu membuatnya nyaman dan berkinerja baik.

Saya juga sering mendengar keluhan para bos, “saya datang kesini, SDM nya parah-parah, tidak bisa diajak bekerja apalagi berlari mengejar prestasi kinerja”.  Saya balik bertanya “lha memang anda apakan mereka?” dijawab”Ya saya suruh mereka bekerja sesuai tupoksi masing-masing, kan mereka sudah punya tugas yang jelas tinggal dilaksanakan saja”. 

Saya cuma komentar..”lha mereka senang gak dengan tugas mereka, jangan-jangan mereka terpaksa..?” dijawab lagi oleh si Bos “ Ya masak saya harus mikirin senang apa tidak, padahal mereka banyak lho yang lulusan sarjana dan bahkan beberapa level S2, tapi kan yang namanya tugas ya harus dilaksanakan, titik.” Oooo, nggih sampun.. ya sudah. Saya tidak berani komen lagi, takut tidak dikasih minum waktu itu. Akhirnya obrolan kami beralih ke masalah kuliner.

Birokrasi yang hirarkis, rumit dan tidak pernah mau repot, telah merenggut potensi dan kekuatan personil yang sebenarnya mampu meningkatkan kinerja organisasi. Mulai dari masalah mutasi, pembagian tugas, sampai dengan pengaturan cuti dilakukan seolah tidak mau tahu apa yang dimiliki dan dirasakan oleh pegawai. 

Organisasi pun merasa tidak perlu tau apa sebenarnya potensi yang dimiliki oleh pegawainya. Akibatnya pegawai hanya melakukan tugas sesuai dengan apa yang menjadi tugasnya, tanpa merasa perlu memberikan nilai tambah bagi organisasi. Ditempatkan, dikerjakan, dibayar, itu saja.  Masih mending jika bayarannya mampu mengatasi kebutuhan dan kesulitan hidup, jika tidak.. saya pun tidak berani membayangkan.

Entah kenapa Mr Mou menganalogikan para pemainnya dengan jas, bukan baju pesta atau daster, mungkin karena jas adalah  pakaian yang biasa dia kenakan sehari-hari di kantor dan di lapangan. Mungkin juga karena jas menjadi simbol identitas dan menentukan kasta bagi seseorang. Orang yang memakai jas biasanya adalah orang yang berhasil dalam meniti karir dan punya kedudukan penting. Mungkin karena memang Mr. Mou menganggap penting setiap pemain di klub yang dipimpinnya dan menginginkan setiap pemain berhasil mencapai pencapaian terbaiknya. Bisa jadi.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun