Di saat seseorang bertanya, Anda memilih jadi komsumen atau produsen? Jawabannya akan berbeda antara saya dan Anda, saya akan memilih tapi sebelumnya akan bertanya komsumen apa dan produsen apa? Dan akan menjadi lucu jika yang bertanya adalah saya sendiri, dan saya jawab sendiri. Mungkin ada yang berpikir, saya sedang bermonolog, namun mungkin ada yang berpikir saya gila. Namun saya tidak gila, saya akan jawab pertanyaan saya sendiri, sebagai Produsen Motor, jadi pertanyaannya: Anda memilih menjadi produsen motor atau konsumen motor? Maka, saya akan jawab menjadi konsumen motor. Karena saya butuh motor untuk aktivitas saya, dan akan menjadi lama saya punya motor jika saya menjadi produsen motor. Sebagai produsen motor Anda akan dikatakan bodoh, apa Anda setuju? Dan saya sendiri akan jawab Tidak setuju, karena orang yang Kamu katakan pintar buat motor itu tidak akan buat motor lagi kalau tidak ada yang beli, termasuk saya ini pembelinya. Tapi sebagai konsumen Anda akan dibuat tergantung dengan produsen, apa Anda bersedia? Di saat membeli motor maka saya sudah barang tentu akan memiliki tanggungjawab merawat motor saya, dan merawat motor saya itu memang salah satunya adalah mengganti onderdil motor yang dibuat Produsen, namun di saat saya tidak merawat motor maka produsen kembali akan rugi karena onderdilnya tidak ada yang beli. Jadi hubungan konsumen produsen adalah hubungan pedagang dan pembeli seperti pada umumnya. Seorang petani tidak akan bisa makan jika dia tidak menjual hasil pertaniannya. Dan pembeli hasil pertanian juga tidak bisa makan jika tidak membeli dari petani. Jadi menurut hubungan kerjasa antara komsummen dan produsen adalah hubungan mutualisme, yaitu hubungan saling menguntungkan. Tapi Anda apakah tidak menjadi konsumeristis dengan terus-terusan hanya membeli dari Produsen? Saya memang dalam hal ini konsumeristis, dan tidak ada salahnya konsumeristis sepanjang yang saya beli halal, bukan barang haram. Dan sifar haram konsumeristis itu tidak haram kecuali yang dibeli haram. Dan motor akan berubah sesuai dengan kondisi zaman, sehingga sifat konsumeristis itu akan selalu ada sepanjang masih ada produsen. Apakah Anda tidak ingin meninggalkan kebiasaan konsumeristis Anda? Saya sendiri senang dengan jual beli, dan uang adalah sebagai sarana jual beli. Hanya uang sekarang diperjual belikan jadi sebenarnya bukan jual belinya yang salah, kesalahan itu pada uangnya. Kenapa Anda mengalihkan pertanyaan menjadi menyalahkan uangnya? Sebenarnya jual beli itu akan menjadi seperti yang anda katakan tidak baik jika sarananya tidak baik, uang itu sebagai sarana tidak baik, meskipun dimiliki oleh orang yang tidak konsumeristis. Karena uang sudah disalah gunakan bukan semata sebagai alat pembayaran dalam jual beli namun juga dijual belikan. Ini menurut agama yang sudah saya yakini jual belli uang itu haram, jadi sifat haramnya itu melekat pada penggunaannya. Ini bagi yang meyakini akan ayat itu sama dengan saya. Apakah Anda juga akan tetap konsumeristis saat uang itu tidak dijual belikan dengan uang? Tentu karena saya hidup dan beribadah butuh sarana. Dan sarana itu salah satunya dengan jual beli. Apakah Anda sekarang punya uang? Ini jawabannya adalah punya, dan saya yakin Allah swt yang akan membersihkan sendiri kejahatan yang manusia perbuat, karena Allah swt sayang dengan Rasul Muhammad saw agar umatnya ada yang masuk surga. Sedangkan kita ini hanyalah sebatas menauladani Rasul. Cukup sekian semoga ada hikmahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H