Mohon tunggu...
Muthmainnah
Muthmainnah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

1998

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sandaran

30 Maret 2021   18:00 Diperbarui: 30 Maret 2021   18:03 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" Kenapa Allah tega ?"

Pasti pernah terucap di bibir kita pertanyaan ini,  atau terbersit di hati kita saat dia yang kita cintai pergi atau apa yang kita harapkan tak sudi menghampiri. Ya,  mereka pergi dan berlari. Seakan benci bertemu diri ini.

Saat ia pergi seakan-akan kita anak tiri di dunia ini. Hanya bisa merasakan kehangatan sekejap mata, sebelum datang badai tak bertepi. Anggaplah ini hanya personifikasi semata,  yang mungkin nyatanya lebih dan tak bisa tergambarkan oleh bahasa.

Kenapa kata-kata itu muncul dari benak kita?  Semua itu pasti muncul dari sebuah kekecewaan. Entah kekecewaan pada dia yang diharapkan atau mungkin diri kita yang tak sesuai harapan atau barang yang tak sampai genggaman. 

Ya,  seringkali harapan itu tersandar pada kemampuan diri. Contohnya saja saat kita ingin kuliah di universitas favorit dengan pertimbangan "Lulusan universitas ini terjamin kerjanya", pasti kita akan berjuang  mati-matian untuk mendapatkannya, berharap masa depan cerah dengan pilihan ini. Usaha pun tak main-main, mulai dari waktu, tenaga, uang, keluaga, bahkan kesehatan tergadai. Setelah semua usaha, kita merasa "Aku pasti bisa, aku sudah berjuang mati-matian", harapan yang tinggi dan usaha keras pasti akan bertimbal balik.

Bermulai dari keyakinan ini, kekecewaan dan kesedihan mudah menghampiri. Saat kita bertemu kemungkinan terburuk, raga pun bak terhempas keras ke bumi. Menyalahkan diri juga menyalahkan takdir yang telah terukir untuk diri. Keputusasaan berakhir pada hilangnya harapan yang lebih besar dari kegagalan, bahkan tak jarang berakhir pada kematian.

Mungkin ini berlebihan, tapi tak bisa dipungkiri kenyataan ini sangat sering terjadi di sekitar kita. Apalagi dalam kondisi pandemi sekarang ini. Banyak yang kehilangan pekerjaan atau kehilangan orang kesayangan atau kehilangan kesempatan kuliah dan berbagai macam persoalan hidup.

Tak jauh dari bersandar pada kemampuan diri yang berakhir pada kesedihan dan kekecewaan, demikian pula bersandar pada harapan akan berakhir pada kisah yang sama. Seringkali kita dengar "Galau? Butuh sandaran ya?", yang dimaksud sandaran disini yaitu "Sang Pangeran" begitu khayalan gadis-gadis ABG sekarang. Padahal kalau kita liat dari fakta dan realita yang banyak terjadi sekarang, punya pasangan (pacar) bukannya mengurangi kegalauan dan kesedihan atau mengurangi persoalan hidup. Malah sebaliknya, galau pun semakin berkecamuk ketika kita tau dia berselingkuh, atau masalah pun bertambah tak kala hubungan terlampau batas.

Bersandar pada harapan seakan-akan harapan itu yang terbaik untuk kita. Padahal kita tidak tau apa yang ada dibalik kegagalan atau kehilangan itu. Mungkin saja dibalik semua itu ada lembah kesuksesan yang akan menanti, atau hikmah-hikmah lain atau 'kejutan' yang akan menghampiri. Namun manusia kurang sabar dalam menghadapinya.

Dan Maha benar Allah pada ayat quran yang artinya "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Bersandarlah pada Allah, karena ia sebaik-baiknya pengatur. Kemampuan kita pun bersumber dari-Nya, mintalah kekuatan pada-Nya. Allah sudah katakan dengan jelas dalam ayat quran "Siapa yang bertawakkal, Allah akan memberikan padanya jalan keluar." Serahkan semua itu pada Allah, Allah akan berikan ketenangan dan juga penyelesaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun