Jakarta, 19 Juni 2023 - Pandemi COVID-19 dimulai pada tahun 2020 yang mengharuskan masyarakat seluruh dunia termasuk Indonesia untuk tetap di rumah masing-masing selama kurun waktu 2 minggu atau lebih sesuai anjuran pemerintah. COVID-19 sudah merenggut banyak nyawa dan harapan dunia, banyak peraturan baru yang mulai diterapkan serta menimbulkan gaya hidup baru pula.
Banyak orang yang sebelumnya pernah terpapar penyakit COVID-19 ini merasa bahwa ada perubahan yang baik di dalam hidup mereka. Memiliki luka dan rasa sakit akibat penyakit tersebut, tidak membuat mereka menyerah dan terus berusaha agar sembuh. Informasi valid yang terkadang menyatu dengan informasi palsu pun tidak lupa selalu bersama selama pandemi dan hal ini membuat orang yang terpapar COVID-19 merasa gelisah di awal mereka mengetahui bahwa mereka positif.Â
Gejala yang dirasakan orang yang terpapar penyakit ini hampir sama, mengalami sesak, badan terasa sakit, bahkan hingga kehilangan indra penciuman. Kehilangan indra tersebut membuat sebagian orang yang terpapar kehilangan nafsu makannya, padahal jika terpapar dianjurkan untuk makan dan minum yang teratur agar bisa minum vitamin dan sembuh.
Pada saat itu, penyakit ini belum ada obatnya, "seminggu setelah terpapar kopit, perasaan saya gelisah dan dada terasa sesak, susah bernafas. Yang bisa saya lakukan hanya pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Banyak berdoa meminta kesembuhan karena punya prinsip segala penyakit ada obatnya." Ujar Pak Andre, seorang karyawan swasta berumur 47 tahun.
"Saya beruntung masih diberi kesempatan untuk cuti selama sebulan oleh perusahaan dan sedikit menguntungkan buat saya karena tidak perlu kemana-mana." Tambah Pak Andre.
Dengan adanya jumlah kematian yang meningkat akibat penyakit ini, banyak orang yang putus kerja hingga tidak bisa bertemu dengan orang banyak. Alhasil ketika sudah terpapar, diantaranya hanya bisa pasrah dan rutin untuk meminum obat dan vitamin sesuai anjuran.
"Sulit banget karena aku gampang lupa untuk urusan minum obat dan juga kehilangan indra penciuman bikin aku semakin malas untuk makan karena gak ada rasa, tapi untungnya keluarga dan teman-teman selalu support untuk kesembuhan aku." Ujar Tara, seorang mahasiswi psikologi berumur 21 tahun.
Sekali terkena COVID-19, tidak menjadi penentu bahwa kita tidak akan terkena kembali, "sudah terpapar 2 kali, di tahun 2021 dan 2022. Jelas tidak mau terkena lagi karena khawatir dengan kondisi rumah yang saat itu ada lansia." Lanjut Tara.
Akibat dari COVID-19 sangat beragam, ada yang harus merasakan kesedihan karena kehilangan seseorang yang disayang dan ada pula yang merasakan lega karena sudah berhasil sembuh dari penyakit tersebut. Hingga kini, masyarakat khususnya Indonesia memiliki kebiasaan baru untuk tetap menjaga jarak dan selalu memakai masker apabila di luar ruangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H