Semarang, 2 Desember 2024 -- Dalam beberapa tahun terakhir, demam K-Pop terus merajalela di Indonesia. Bukan hanya melalui lagu-lagu populer dan drama Korea, tetapi juga melalui industri merchandise yang begitu masif. Salah satu tren yang menjadi sorotan adalah budaya koleksi photocard, sebuah kartu kecil bergambar idola K-Pop yang kini menjadi barang buruan para penggemar, terutama dari kalangan milenial dan Gen Z.
Fenomena ini tidak hanya menjadi hobi, tetapi juga membentuk pola perilaku konsumtif yang unik, melibatkan aspek sosial, ekonomi, hingga psikologis. Bagaimana koleksi photocard ini bisa menjadi fenomena besar di Indonesia? Artikel ini akan mengupas tuntas sisi menarik dan kontroversial dari tren ini.
Meroketnya Popularitas Photocard K-Pop
Seiring dengan meningkatnya popularitas grup K-Pop seperti EXO, BLACKPINK, TREASURE, dan BTS, berbagai merchandise terkait mereka mulai membanjiri pasar. Salah satu yang paling dicari adalah photocard, yang biasanya disertakan dalam album fisik, merchandise resmi, atau bahkan dijual secara terpisah dalam edisi terbatas.
Di Indonesia, antusiasme terhadap koleksi photocard dapat dilihat dari jumlah komunitas penggemar yang terus bertambah. Grup media sosial seperti Facebook, Instagram, hingga Telegram menjadi tempat berburu dan bertukar photocard. Bahkan, acara offline seperti fandom meet-up dan photocard bazaar mulai menjadi agenda rutin di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Menurut data dari salah satu toko merchandise K-Pop di Jakarta, penjualan photocard meningkat hingga 300% sejak awal 2023. Hal ini menunjukkan daya tarik luar biasa dari barang kecil tersebut.
Perilaku Konsumtif dan Tantangan Finansial
Meski ukurannya kecil, harga photocard tidak bisa diremehkan. Kartu edisi terbatas atau yang menampilkan anggota grup paling populer bisa dihargai hingga jutaan rupiah. Bahkan ada kasus di mana photocard tertentu dijual seharga puluhan juta, terutama jika kartu tersebut langka atau memiliki nilai sentimental tinggi.
"Saya rela mengeluarkan 2 juta rupiah untuk mendapatkan photocard Jungkook edisi spesial. Rasanya seperti investasi karena nilainya bisa naik," ujar Gizza seorang penggemar BTS dari Kendal.
Namun, perilaku ini tidak jarang memunculkan dampak negatif. Banyak penggemar yang rela mengorbankan kebutuhan pokok demi membeli photocard. Tidak sedikit juga yang berhutang hanya untuk melengkapi koleksi mereka. Fenomena ini mencerminkan sisi gelap dari budaya penggemar yang berlebihan, memicu diskusi tentang kesehatan finansial generasi muda.
"Saya sering mendengar cerita dari teman-teman sesama penggemar yang harus pinjam uang hanya untuk membeli kartu langka. Ini memang mengkhawatirkan, apalagi jika tidak bisa mengendalikan diri," kata Andini, seorang pengamat budaya pop.