Mohon tunggu...
Muthia Reysa Andini
Muthia Reysa Andini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku suka baca dan belajar dan kadang nulis kadang dengerin lagu aja ^___^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fenomena Koleksi Photocard K-Pop: Tren Konsumtif yang Mengguncang Generasi Milenial dan Gen Z di Indonesia

4 Desember 2024   23:48 Diperbarui: 5 Desember 2024   00:33 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Aspek Sosial dan Identitas Kolektif

Selain aspek ekonomi, tren photocard juga mencerminkan dimensi sosial yang menarik. Bagi banyak penggemar, memiliki photocard idola mereka bukan sekadar kebanggaan, tetapi juga cara untuk menunjukkan loyalitas dan cinta kepada idola.

"Ini bukan hanya tentang memiliki barang fisik. Photocard itu seperti jembatan emosional antara saya dan idola," ungkap Hanum, seorang penggemar NCT.

Komunitas penggemar menjadi tempat di mana kolektor merasa diterima dan dihargai. Dalam komunitas ini, mereka bisa bertukar cerita, berburu kartu bersama, atau bahkan bertukar kartu untuk melengkapi koleksi. Fenomena ini memperkuat konsep identity branding, di mana individu mengasosiasikan dirinya dengan nilai dan simbol tertentu.

Namun, di sisi lain, muncul juga fenomena eksklusivitas yang bisa memicu kompetisi tidak sehat. Penggemar yang memiliki koleksi lengkap atau kartu langka kerap dipandang lebih "unggul" dibandingkan mereka yang tidak memilikinya, memicu dinamika sosial yang kompleks.

Pasar Sekunder dan Praktik Bisnis yang Menggiurkan

Bukan hanya penggemar yang menikmati tren ini. Fenomena photocard juga membuka peluang besar bagi para pelaku bisnis, baik resmi maupun tidak resmi. Pasar sekunder untuk photocard kini berkembang pesat, dengan transaksi yang dilakukan melalui platform online hingga acara lelang.

Menurut sebuah laporan dari salah satu marketplace lokal, kategori merchandise K-Pop, termasuk photocard, menjadi salah satu yang paling banyak dicari di Indonesia. Pedagang bahkan mulai menawarkan jasa proxy untuk membantu penggemar membeli album langsung dari Korea demi mendapatkan kartu idola mereka.

Namun, muncul pula tantangan seperti maraknya produk palsu atau scam. Beberapa penggemar melaporkan pengalaman buruk saat membeli kartu yang ternyata tidak asli atau bahkan tidak pernah sampai ke tangan mereka.

"Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para penggemar untuk memastikan barang yang mereka beli adalah asli. Apalagi harga yang dibayarkan tidak murah," kata Irfan, seorang pedagang merchandise K-Pop.

Psikologi di Balik Koleksi Photocard

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun