[caption id="attachment_334299" align="aligncenter" width="300" caption="pink muslimah"][/caption]
“cepat kembali ya kak, Fizo pasti kangen kakak” ucap Fizo sambil mencium tangan kakaknya Muhammad Husni Hafiz
“zaman kan udah modern, kangen bisa sms bisa telfon juga bisa chat dek”
“oke kak, sippp” Fizo menggelayut manja pada kakak satu-satunya itu
“tapi nanti Fizo ga bisa ngafal bareng kakak lagi dunk?”
“bisa, lewat rekaman suara kakak yang merdu mirip syekh Sudais hehe, tuh semalam kakak baca Al-baqoroh kakak rekam sendiri dihape kamu” Hafiz tertawa ringan sambil mengacak-acak jilbab Fizo
“jangan cuma dengerin musik doang” tambahnya, Fizo hanya cengengesan
“iya kakak”
Hafiz hari ini harus berangkat menuju Khartoum untuk melanjutkan studinya, kembali meninggalkan umi abi dan adiknya setelah 6 tahun mondok di pesantren. Demi cita-citanya terus menuntut ilmu belajar belajar dan belajar. Tekad dan semangatnya juga ditularkan kepada adik satu-satunya Nur Hafizotun Hasanah.
***
Lantunan ayat Qur’an masih terdengar melantun indah dari setiap menara masjid namun malam sudah cukup larut dan rasanya mata harus segera dipejam, Hafiz hendak membaringkan tubuhnya setelah menutup mushaf yang tak pernah lepas dari genggamannya namun seperti biasa juga tak pernah lepas handphonenya selalu dibawa kemana-mana. Bukan sesuatu hal yang tidak penting, Hafiz harus membalas segera setiap sms dari adiknya jika terlambat membalas sampai 1 jam Fizo akan langsung menelfon dan menangis. Adik yang manja memang tapi Hafiz sangat menyayanginya
“kak Alhamdulillah Fizo sudah mulai menghafal juz 3 tapi akhir-akhir ini Fizo kok sering lupa juga ya” Hafiz membaca sms dari adiknya yang datangnya tiba-tiba dan tak tau waktu harus segera dibalas
“faizaa azamta fatawakkal ‘alallah innallaha yuhibbul mutawakkiliin, tetap semangat ya dek. Kok jam segini belum tidur?” kebetulan Hafiz baru selesai tarawih pukul 10.00 waktu Khartoum
“udah kebangun kak, Ramadhan ini Fizo mau nyelesain Al-Baqoroh, nih lagi dengerin murotalnya kakak, Fizo sayang kakak”
“kakak juga sayang Fizo” Hafiz menunggu 5 menit 10 menit 30 menit 1 jam tak ada balasan lagi dari Fizo.
‘alhamdulillah bisa tidur’ Hafiz meletakkan handphonenya
***
di kamar dengan nuansa girly serba pink Fizo sedang tertidur lelap masih dengan headset pink kesayangannya yang tersambung ke handphonenya yang tergeletak disamping kepala berbalut mukena pink itu, ditangan kanannya pun masih memegang Mushaf yang tentunya berwarna pink juga.
Selalu begitu Fizo ketiduran ketika menghafal, umi hanya tersenyum.
“Fizo ayo bangun sahur, dah jam 3nih”
Fizo bangun dengan terkejut
“sahur mi? Aduhhh Fizo belum sholat malam” Fizo langsung melepas mukenanya lalu melompat dari tempat tidurnya mengambil wudhu dan melaksanakan sholat beberapa rokaat tak beberapa lama sudah berada dimeja makan untuk sahur bersama umi dan abinya.
“cepet banget, tahajud kilat emang ada ya mi?” sindir abi, Fizo hanya tertawa kecil menahan kepalanya yang terasa sangat pusing
“yang penting kan mudawamah bi” Fizo membela diri sambil memegang kepalanya yang pusing
“masih ngantuk ya? Kok kayaknya pusing gitu, emang semalam tidur jam berapa?” Tanya umi
“abis tarawih fizo tidur tapi tadi jam 2 udah bangun tapi belum tahajud hehehe Cuma murojaah dan sms-an sama kakak terus ketiduran deh”
Lepas sahur Fizo beserta umi dan abinya berangkat ke masjid untuk sholat subuh berjamaah, biasanya Fizo akan pulang setelah duha tapi itu dulu ketika masih bersama Hafiz. Tapi 2 tahun terakhir ini setelah Hafiz berangkat ke Khartoum Fizo tak pernah menunggu duha dan berdiam dimasjid sambil menghafal ayat demi ayat, takut ketiduran. Fizo lebih senang menghafal dikamarnya sendiri, meski hanya bertemankan mushaf dan murojaah bersama headset kesayangannya lewat rekaman suara kakaknya.
Fizo mulai murojaah ayat demi ayat di kamarnya tapi pagi ini Fizo merasakan pusing yang teramat sangat ‘alamat tidur panjang nih’ fikirnya, namun Fizo masih menikmati kebiasaannya menghafal sambil mendengarkan murotal suara kakaknya. Setitik air mata menetes
“Astaghfirullah kok Fizo susah banget ngafal, ampuni dosa Fizo ya Allah, kepala Fizo juga pusing banget” kembali Fizo tertidur tapi kali ini darah mengalir dari hidungnya
Setiap menghafal dan berusaha mengingat semakin banyak kepala Fizo terasa pusing.
***
Fizo mulai menggerakkan tangannya, semua mengelilinya dengan wajah cemas, umi abi kakek neneka serta paman dan bibi menanti Fizo siuman.
“qur’an Fizo mana mi?” Fizo mengigau, matanya masih terpejam
Gadis manis berusia 15 tahun itu berusaha menggerakkan bola matanya berusaha membuka mata tapi pusing di kepalanya membuatnya memicingkan mata tak melihat sempurna apa yang ada dihadapan dan sekelilingnya.
3 hari sudah Fizo tak sadarkan diri di rumah sakit.
Orang-orang yang mengelilinginya hanya bisa duduk diam membacakan ayat-ayat Al-Qur’an agar Fizo bisa cepat kembali seperti semula menikmati Ramadhan bersama keluarga di rumah tapi mereka kini harus berkumpul di rumah sakit menemani Fizo.
Subuh 16 Ramadhan 1432 Fizo mulai siuman, semua yang mengelilinginya sujud syukur dan bahagia terlebih lagi umi yang langsung memeluk Fizo.
Fizo terlihat kebingungan.
“Qur’an Fizo mana mi?” Tanya Fizo, hanya al-qur’an yang selalu ditanyakan Fizo
“mereka kok pada pegang qur’an? Mau murojaah bareng Fizo ya?” semuanya tersenyum menahan tangis
“Qur’annya ketinggalan di kamar Fizo, sekarang Fizo di rumah sakit sayang” jawab umi sekenanya, Fizo langsung melihat sekelilingnya
“owh jadi lagi pada ngajiin orang sakit ya? Emang siapa yang sakit mi? bukan Fizo kan mi?” jawab Fizo masih dengan lemah tapi nampak ceria
Umi menggeleng
Fizo tak mengenal kakek nenek dan kerabatnya, semuanya pergi keluar kamar rawat Fizo, membiarkannya beristirahat. Sebagian memory ingatan Fizo rusak, ia belum boleh mengingat terlalu banyak untuk sedikit pemulihan kondisi fisiknya agar bisa segera operasi.
Kondisi Fizo cukup membaik, tapi Fizo tak pernah diberi tau sakit apa sesungguhnya yang dideritanya.
“Fizo udah enakan mi, kok masih belum boleh pulang. Sekarang kan sudah 27 Ramadhan, emangnya kita mau hari raya-an di rumah sakit” Fizo menggerutu
Umi dan abi hanya menghela nafas, entah bagaimana harus menceritakan kepada Fizo, tiga hari lagi Fizo harus segera di operasi, ia mengidap kanker otak karena gelombang radiasi salah satunya dari handphone yang selalu tergeletak didekat kepalanya ketika tidur.
Dokter mengizinkan pulang 1 hari dan besok harus kembali
“Fizo boleh pulang, tapi besok harus kembali lagi ya” dokter tersenyum kepada Fizo
“kenapa harus kembali lagi? Fizo kan sudah sehat dok”
“Fizo sudah sehat tapi dokter kan juga harus tetap mengontrol kesehatan Fizo agar benar-benar sehat dan bisa hari raya bersama di rumah, pokoknya om dokter tunggu ya” Fizo hanya mengangguk kesal.
***
Fizo melepas rindu pada kamarnya yang serba pink, sudah sepuluh hari lebih tidak bertambah hafalan juga tidak murojaah. Fizo tersenyum-senyum sendiri melihat al-qur’an pink kesayangannya, langsung mengambil wudhu lalu menyambar al-qur’an dan mukena pinknya. Namun terasa ada yang kurang, Fizo menatapa sekeliling kamarnya pandangannya terhenti pada handphone dan headset diatas kasurnya tanpa fikir panjang Fizo langsung memakai headset dan memutar murotal. Dengan mata terpejam Fizo menikmati lantunan ayat demi ayat lewat headsetnya, suara murotal itu seperti ia kenal tapi siapa? Fizo berusaha mengingat tapi kepalanya teras pusing, Fizo berusaha mengingatnya kembali ‘ketiduran’ Fizo ingat ketika menghafal dan merasa pusing Fizo akan ketiduran tapi tunggu masih ada yang kurang, tangannya mencoba membuka sms ‘kakak’ siapa kakak? Fizo terus membuka sms masuk dan sms keluar, Fizo merasa ini yang biasa dilakukannya tapi siapa kakak??? Fizo terus berusaha mengingat meskipun kepalanya terasa semakin pusing
Fizo ingat! Fizo ingat! Ia langsung mengetik sms dan mengirimkan ke kakaknya
“aku ingin hafal al-qur’an seperti kakak, Fizo rindu kakak”
Sms terkirim dan Fizo kembali tak sadarkan diri ia mengingat terlalu banyak, darah dari hidungnya menetes mengenai al-qur’an dalam genggaman tangan kanannya, headset masih menempel ditelinganya bersama alunan murotal suara kakaknya, handphonenya jatuh tepat disamping kepala sebelah kiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H