Mohon tunggu...
Muthia D. Santika
Muthia D. Santika Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikologi klinis. Psikologi Islam. Masih terus belajar. Mengerahkan segala potensi, semoga Allah SWT meridhoi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-hati! Bagaimana Cara Kita Berpikir dapat Menurunkan Motivasi (3/3)

1 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 1 Februari 2023   18:58 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Pexels/Alex Azabache)

Bagian ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian tulisan mengenai cara mengelola semangat agar tetap stabil dalam proses mencapai target (Bagian pertama: Mengapa Sulit Konsisten dalam Mencapai Tujuan?. Bagian kedua: Jika Semangat Menurun ketika Mencapai Tujuan). Di bagian ini kita akan banyak membahas mengenai penyebab menurunnya motivasi. Banyak dari kita tidak menyadari betapa pentingnya cara berpikir dan sejauh mana hal itu dapat berpengaruh terhadap naik-turunnya motivasi. Sebelum membahas lebih jauh mengenai hal itu, kamu akan diajak untuk memahami jenis motivasi, apa perbedaannya dan mana yang lebih efektif untuk dilakukan. 

Secara umum, motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. 

Apa itu motivasi ekstrinsik?   

Motivasi ekstrinsik adalah alasan apapun yang dimiliki seseorang untuk melakukan pekerjaan selain mendapatkan kesenangan dan kepuasan dalam melakukan pekerjaan itu sendiri. Apapun yang dijanjikan sebagai 'upah' untuk menyelesaikan tugas atau diterima sebagai hasil dari menyelesaikan tugas adalah motivator ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik dapat muncul ketika kamu mengharapkan adanya imbalan baik berupa materi maupun imateri. Misalnya saja gaji, pujian, perhatian, atau hadiah. Mengapa dinamakan 'ekstrinsik' karena ini adalah hal-hal yang semuanya bersumber dari luar diri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh psikolog Victor Vroom, seorang motivator tipe ekstrinsik membutuhkan tiga elemen untuk menjadi sukses: 

1. Ekspektasi (percaya bahwa peningkatan usaha akan menghasilkan peningkatan kinerja) 

2. Instrumentalitas (percaya bahwa kinerja yang lebih baik akan diperhatikan dan dihargai)  

3. Valensi (menginginkan imbalan/reward yang dijanjikan)

Apa itu motivasi intrinsik?

Motivasi intrinsik adalah dorongan yang datang murni dari dalam diri. Motivasi muncul bukan karena imbalan yang diharapkan, adanya tenggat waktu, atau tekanan dari luar tapi karena adanya pengalaman subjektif yang melahirkan perasaan positif seperti munculnya rasa senang, puas, tenang, bangga, dll. Contohnya, orang yang secara intrinsik termotivasi untuk selalu melaksanakan sholat tahajjud karena mereka menyukai perasaan yang ditimbulkan dari aktivitas sholat itu sendiri, dan itu adalah bagian penting dari identitas diri atau nilai yang diyakini. Motivasi ekstrinsik dapat meningkatkan motivasi dalam jangka pendek, tetapi seiring waktu dapat melemahkan atau bahkan menjadi bumerang. Sebaliknya, motivasi intrinsik akan bertahan karena terintegrasi ke dalam identitas dan berfungsi sebagai sumber motivasi yang berkelanjutan. 

Mana yang lebih efektif?

Orang yang memiliki motivasi intrinsik mampu mempertahankan tingkat motivasinya secara lebih stabil karena tidak menggantungkan harapan pada apa yang diberikan lingkungan, namun mampu menemukan sumber penggerak dari dalam diri sendiri. Berbeda dengan orang yang memiliki motivasi ekstrinsik. Perhatikan bahwa ketiga elemen motivasi ekstrinsik di atas (ekspektasi, instrumentalitas, dan valensi) memiliki kesamaan: adanya harapan bahwa akan ada sesuatu yang didapatkan ketika kita melakukan sesuatu atau ketika kita menyelesaikan pekerjaan. Apa yang akan terjadi ketika apa yang diharapkan itu tidak didapatkan? Pada beberapa orang bisa jadi ini lebih mendorongnya untuk bekerja lebih keras, namun umumnya banyak dari kita akan merasa kecewa, merasa bahwa apa yang telah dilakukan sia-sia, bahkan sampai berhenti melakukan apa yang sudah direncanakan. Dampaknya pada psikologis manusia adalah munculnya rasa tidak berdaya karena apa-apa yang kita lakukan sangat bergantung pada respon dari lingkungan.  Sehingga motivasi jenis ini akan mudah goyah, hanya bertahan sementara, karena membuat kita fokus pada hasil bukan pada proses. Inilah cara berpikir yang perlu diluruskan. Toh meskipun kita sangat menginginkan sesuatu, itu tidak menjadi jaminan bahwa lingkungan akan selalu menyediakannya untuk kita atau sebaliknya, ada hal-hal baik yang tidak kita duga dapat terjadi begitu saja. Pengalaman ini menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk dapat mengendalikan apa yang akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun