Mohon tunggu...
Putri Fahira Muthiarani
Putri Fahira Muthiarani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Ekonomi Syariah IPB University

Saya merupakan mahasiswi Ilmu Ekonomi Syariah IPB University angkatan 2022. Saya gemar menonton drama, mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

4 Cara Mengukur Kemiskinan dalan Perspektif Ekonomi Islam

11 Maret 2024   22:35 Diperbarui: 11 Maret 2024   22:40 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

4. Indeks Kesejahteraan BAZNAS (IBK)

Selanjutnya, Indeks Kesejahteraan BAZNAS (IBK) adalah indeks yang bertujuan untuk mengukur dampak kondisi kesejahteraan seseorang dari sebuah intervensi program pengentasan kemiskinan yang sudah diselaraskan dengan prinsip Maqasid Syariah. Terdapat tiga indeks sebagai penyusun Indeks Kesejahteraan BAZNAS. Indeks tersebut antara lain Indeks CIBEST/Model CIBEST yang memuat empat kuadran, Modifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang memuat indeks kesehatan dan indeks pendidikan dan Indeks Kemandirian yang memuat indeks pendapatan rutin, pendapatan tidak rutin, aset disewakan dan tabungan. Sehingga, jika ketiga indeks penyusun tersebut sudah dicantumkan, kita dapat menentukan indeks kesejahteraan BAZNAS tersebut. Dalam implementasinya, IKB memiliki rentang nilai 0 sampai 1 dengan kategori tidak baik hingga sangat baik. Pada kategori 0,00-0,20 dikategorikan sebagai indeks yang tidak baik, kategori 0,21-0,40 dikategorikan sebagai indeks yang kurang baik, kategori 0,41-0,60 dikategorikan sebagai indeks yang cukup baik, kategori 0,61-0,80 dikategorikan sebagai indeks yang baik, dan kategori 0,81-1,00 dikategorikan sebagai indeks yang sangat baik.

Kelebihan alat ukur kemiskinan dalam ekonomi Islam dapat diamati dari beberapa sudut pandang. Pertama, pendekatan ekonomi Islam lebih fokus pada keadilan dalam pembagian kekayaan. Selain itu, alat ukur kemiskinan dalam ekonomi Islam juga menitikberatkan aspek kesejahteraan spiritual dan moral, bukan sekadar hal-hal materi. Dengan demikian, pengukuran kemiskinan dalam kerangka ekonomi Islam lebih menyeluruh dan memperhitungkan kesejahteraan. Terlebih lagi, pengukuran kemiskinan dalam ekonomi Islam juga lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar dan keadilan distribusi, bukan hanya fokus pada pendapatan atau harta benda. Hal ini membuat pengukuran kemiskinan dalam kerangka ekonomi Islam dapat memberikan gambaran yang lebih tepat tentang kondisi kemiskinan individu atau keluarga. 

Oleh karena itu, pengukuran kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam memberikan gambaran yang lebih lengkap sehingga dapat menjadi solusi yang lebih efektif dalam menangani masalah kemiskinan. Dengan memperhatikan aspek keadilan, kesejahteraan spiritual, dan pemenuhan kebutuhan dasar, pendekatan ini dapat membantu dalam mengidentifikasi akar permasalahan kemiskinan dan merancang kebijakan yang lebih tepat sasaran untuk mengatasi tantangan ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun