Mohon tunggu...
Muthmainnah Maret
Muthmainnah Maret Mohon Tunggu... -

MAHASISWA PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA ITS | gonna be the world booster | Perubahan itu bisa diraih |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Renungan

25 Juli 2013   22:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:02 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sudah Seperti Wanita Bani Dinar Inikah Cinta Kita Kepada Rasullullah?

Cerita tentang seorang perempuan dari Bani Dinar Kaum Anshar ini baru pertama kali saya baca. Sudah menjadi pengetahuan umum bagi kita, bahwa kaum muslimin mengalami kekalahan ketika perang Uhud (Jumat, 14 Syawal atau 19 Maret 625 Masehi) dikarenakan kebanyakan dari tim pemanah yang saat itu dipimpin oleh Abdullan bin Jubair melanggar perintah Rasulullah untuk tidak turun dari bukit Uhud sebelum diperintahkan untuk turun. Mereka tergiur dengan ghanimah yang tertinggal dari kaum kafir Quraisy yang awalnya tercerai berai. Khalid bin Walid (yang saat itu masih musyrik) memimpin pasukan berkuda sayap kanan mengambil kesempatan tersebut dengan memutar bukit dan menyerang kaum muslimin dari belakang. Hingga akhirnya kaum muslimin justru balik dilumpuhkan. Sebabnya jelas. Melanggar perintah Rasulullah. Sesederhana itu. Terlihat sepele, tapi itu titah Rasullulah yang seharusnya tidak dibantah. Walhasil banyak dari kaum muslimin yang terbunuh kala itu, termasuk Hamzah pamannya Rasul dan Mush'ab bin Umair, bahkan Rasulullah sendiri terluka dan terjatuh ke lubang jebakan yang dibuat oleh kaum musyrikin. Demikian kemudian para pejuang Islam banyak yang gugur pada perang ini.

Ada satu pembelajaran yang tidak umum diketahu. Adalah kisah wanita dari Bani Dinar kaum Anshar. Setelah peperangan terjadi pasukan bergerak kembali ke Madinah sebagai Daulah Islamiyah pertama kaum muslimin. Rasulullah memerintahkan sahabat untuk mengabarkan kepada keluarga pasukan yang syahid.  Yang menarik adalah ketika berita duka tersebut disampaikan kepada Si Wanita Bani Dinar tersebut, dia kehilangan 3 orang yang paling dicintainya sekaligus: Ayah, Saudaranya dan Suaminya. Ketika sahabat datang kepadanya dan menyampaikan berita tersebut, Si Wanita malah balik bertanya: Bagaimana dengan Rasulullah SAW?. Sahabat menjawab: Beliau baik-baik saja. Tetapi Si Wanita tersebut harus yakin bahwa Rasulullah baik-baik saja, maka dia menukas: Tunjukkan beliau kepadaku agar aku bisa melihatnya dengan jelas. Wanita tersebut melihat Rasulullah dan berkata: Bagiku seluruh musibah yang menimpa itu terasa ringan dirasa setelah melihat engkau selamat sentausa.
Inilah cintanya kepada Rasul. Kehilangan 3 orang kecintaannya sekaligus bukan masalah ketimbang Rasul yang celaka.

Nah, adakah begini cinta kita kepada rasulullah? atau hanya cukup pada syahadat kita saja, ya ‘Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah’ tanpa kemudian memahami kesaksian yang diucapkan tersebut. Maka bagaimana dengan kaum muslimin saat ini (termasuk saya pastinya) saat karikatur Nabi Muhammad dibuat oleh Kurt Westergaard, kartunist Denmark  atau film Innocent of Muslims buatan Nakoula Basseley asal California yang menggambarkan Rasullah itu fedofili atau juga kasus Teddy Sudan, boneka Teddy besar Gillian Gibbons yang ditaruh dikelasnya dinamai 'Muhammad'. Kaum muslim terus jatuh ke lubang yang sama dan tindakan juga terus sama pula,  hanya bentuk protes dan kecaman saja. Tanpa kemudian bereaksi lebih yang mampu membungkam aksi-aksi serupa lainnya.

Kenapa bisa mereka berlaku demikian, salah satunya adalah asas kebebasan individu yang mereka agungkan untuk berpendapat atau melakukan apapun yang dimau. Ini adalah salah satu pilar dari sistem kapitalisme yang saat ini digunakan banyak negara bahkan Negara yang mayoritas muslim sekalipun, termasuk Indonesia. Dimana sistem tersebut lahir juga Demokrasi, Kebebasan. Anehnya orang muslim turut beramai-ramai menyeru dan mengembannya. Tanpa memahami secara mendasar ‘ini tu sebenernya apa sih? Bertetangan atau tidak dengan Islam’. Sungguh suatu kemunduran dalam tataran berfikir bagi mayoritas kaum muslimin saat ini. Hanya mengikuti arus kebanyakan saja.  Benarlah seperti kondisi yang disabdakan Rasul 14 abad lalu, kaum muslim akan seperti buih, bergerak hanya mengikuti arah arus air dibawahnya.

Tersebab apa? Sama seperti perang Uhud, meninggalkan apa yang telah Rasul wasiatkan, Al-quran dan As-sunnah. “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. Abu Hurairah).

Kondisi riil saat ini adalah ummat islam mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain dari kedua petunjuk ini, terutama perkara dimensi hubungan manusia dengan manusia, seperti pemerintahan, hukum pidana, hukum luar negeri, ekonomi, pendidikan, dan sosial. Jadilah muslim menjadi islam hanya sebagai agama ruhiyah saja. Padahal Diinul Islam bukan sebatas agama ibadah, tetapi the guidance of life, sehingga tidak ada solusi yang tidak ada dalam Islam.

Sejatinya cinta kepada Rasulullah itu dapat ditunjukkan dengan melanjutkan kembali sebuah kehidupan yang pernah dicontohkan rasulullah, kehidupan yang dipayungi syariat islam secara kaffah. Semoga kita tidak menjadi orang yang beriman tetapi menghianati Rasul. Wallahu ‘alamu bisshawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun