Tinggal hitungan jam, kita akan berjumpa dengan bulan suci, bulan agung, yakni bulan Ramadan. Bulan yang di dalamnya penuh keberkahan (Syahrul Mubarak). Bulan pengendalian diri (Syahrus Syiam). Bulan yang di dalamnya penuh kasih sayang (Syahrur Rahmah). Bulan yang di dalamnya penuh kenikmatan (Syahru A'laa'). Bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an (Syahrul Qur'an).Â
Animo masyarakat menyambut Ramadan ini sudah mulai terasa sejak awal bulan Sya'ban. Saban hari do'a kerinduan terhadap Ramadan terus dipanjatkan. Allahumma Bariklana Fi Rajaba wa Sya'bana wa Ballighna Ramadhana (Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan).
Banyak tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah untuk menyambut bulan agung ini. Misalnya saja di Minangkabau (Sumatra Barat) terdapat tradisi Balimau atau Mandi Balimau. Masyarakat datang ke sungai untuk mandi dengan jeruk nipis. Tujuannya yaitu untuk membersihkan diri--luar dan dalam (lahir dan batin).Â
Di Semarang terdapat tradisi  Dugderan, yaitu arak-arakan menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Dikutip dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, bahwa tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881 M. Tepat sehari menjelang Ramadan, dipukullah bedug yang berada di Masjid Kauman.Â
Kemudian disusul dengan penyulutan meriam di halaman pendapa Kabupaten. Bedug yang dipukul berbunyi "dug", sedangkan meriam yang disulut mengeluarkan bunyu "der". Praktik ini dilakukan berulang-ulang. Dari sinilah maka dikenal istilah Dugderan.Â
Tak ketinggalan pula, media cetak dan media elektronik berlomba-lomba ikut serta merayakan dan menyiarkan akan kedatangan bulan agung ini. Stasiun televisi swasta mulai menayangkan iklan-iklan khas Ramadan. Dari mulai iklan sirup hingga iklan sarung.
Begitu juga dengan program televisinya, dari mulai program sahur hingga program menjelang berbuka puasa semua bernuansa Ramadan. Menurut Andre Moller dalam Ramadan di Jawa: Pandangan dari Luar (2005), masyarakat Indonesia dan ruang publik mengalami semacam Islamisasi temporer selama Ramadan.
Ramadan merupakan bulan yang sangat agung. Bulan mulia. Bulan di mana rahmat dan barakah turun melimpah. Sebenarnya, apa yang mesti dipersiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadan ini?Â
Menurut Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. dalam Kontemplasi Ramadan (2020) menjelaskan, ada lima hal yang mesti dipersiapkan dalam menyambut bulan suci Ramadan.Â
Pertama, mempersiapkan mental dan batin untuk memperkuat keyakinan bahwa bulan Ramadan tahun ini akan lebih baik amal ibadahnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Baik itu secara kualitatif maupun kuantitatif. Jika Ramadan sebelumnya kita hanya mampu melaksanakan ibadah yang wajib-wajib saja, maka di Ramadan tahun ini kita optimis, kita niatkan untuk melaksanakan ibadah wajib hingga ibadah sunah. Perbanyak dzikir, tadarus Al-Qur'an  dan giatkan shalat-shalat sunah.Â