Mohon tunggu...
Musyarofah
Musyarofah Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris SMK

Senang mencoba dan mempelajari hal-hal baru agar selalu berinovasi secara mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Modul 2.3

23 Oktober 2023   07:26 Diperbarui: 23 Oktober 2023   07:27 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah saya mempelajari modul 2.3, kompetensi saya terkait supervisi akademik mulai berkembang. Melalui alur TIRTA saya jadi lebih memahami tahapan coaching dengan baik, ditambah ketika menerapkan prinsip dan kompetensi inti dari proses coaching, proses praktik coaching jadi lebih terarah dan mematangkan pemahaman diri pribadi saya baik sebagai coach, coachee, maupun supervisor. Dimana uuntuk menerapkan paradigma berpikir coaching, prinsip, dan kompetensi inti coaching disekolah membutuhkan peran dan dukungan penuh dari para pemegang kendali, terutama kepala sekolah. Karena kegiatan coaching untuk supervisi akademik ini akan terlaksana dengan baik jika kepala sekolah memahami dan mendalami arti supervisi sesungguhnya. Bahwa supervisi bukan hanya sebagai bagian dari penilaian guru yang bersifat administratif saja, namun supervisi juga harus dijadikan sebagai cara yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi akademik guru sehingga guru tidak hanya di observasi didalam kelas saja, akan tetapi harus menerapkan percakapan pra observasi dan pasca observasi agar kepala sekolah mengetahui rencana dan tindak lanjut apa yang akan dilakukuan guru. Sehingga tergali wawasan (insight) baru dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. Dimana proses coaching untuk supervisi akademik sangat penting diimplementasikan disekolah ataupun dikelas. Agar proses coaching untuk supervisi dapat terwujud, maka setiap guru harus memiliki kompetensi untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang memahami perkembangan murid secara menyeluruh, tidak hanya dari segi kognitif saja, akan tetapi harus juga memahami karakter dan sosial emosional murid - murid. Dengan demikian tujuan coaching dalam supervisi akademik disekolah akan terwujud dengan harapan mampu meingkatkan kinerja dan kompetensi guru yang lebih baik lagi dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Tantangan terberat dalam menyesuaikan konteks materi coaching ini adalah ketika ingin mensosialisasikan dan menyelarskan pehamana terkait coaching untuk supervisi akademik ini kepada komunitas sekolah, terutama kepala sekolah. Dimana makna supervisi akademik sudah melekat dan identik dengan penilaian kepala sekolah kepada guru secara rutin dan hanya untuk kepentingan administrasi saja. Seharusnya coaching uuntuk supervisi akademik ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan untuk meningkatkan kompetensi guru, sehingga guru mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang lebih baik lagi untuk masa depan sekolah.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi kepada seluruh komunitas sekolah pada saat rapat guru agar terwujud penyelarasan pendapat dan persepsi tentang makna supervisi akademik. Bisa juga melalui pendekatan kepada beberapa pemangku kebijakan agar mendapatkan dukungan dan mampu memotivasi semua rekan sekolah meskipun akan memakan waktu yang tidak sedikit. Solusi lainnya adalah dengan memberikan contoh praktik coaching untuk supervisi akademik melalui berbagai media informasi digital yang dapat di akses oleh seluruh komunitas sekolah.

Pengalaman Masa Lalu

Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah, akan tetapi kegiatan supervisi tersebut hanya sebatas menjalankan kewajiban dalam mengajar saja tanpa mengetahui makna dari supervisi yang sebenarnya. Dimana kegiatan supervisi akademik dilakukan pada saat kepala sekolah melakukan kunjungan kelas saja tanpa adanya kegiatan pra observasi dan pasca observasi. Sehingga kegiatan supervisi hanya untuk penilaian guru semata.

Kedepannya, kegiatan supervisi untuk akademik ini harus bisa dijadikan salah satu bagian dalam peningkatan kompetensi guru dalam bidang akedemik dengan menggunakan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses krreatif dan memkasimalkan potensi. Sehingga setiap guru mampu menerapkannya dikelas bersama murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun