Mohon tunggu...
Musyarofah
Musyarofah Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris SMK

Senang mencoba dan mempelajari hal-hal baru agar selalu berinovasi secara mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 (Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin)

26 September 2023   09:35 Diperbarui: 26 September 2023   09:52 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, sangat selaras dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan Pratap Trilogi yaitu ing ngarso sung tulodo,ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang memiliki arti bahwa menjadi seorang pendidik sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memberikan suri tauladan yang baik, harus memiliki sikap, serta perilaku yang patut untuk dijadikan contoh. Seorang pemimpin pembelajaran juga harus bisa memposisikan diri untuk dapat membangkitkan semangat dan membentuk niat para pengikutnya agar terus maju, serta melakukan inovasi meskipun ditengah-tengah kesibukan aktivitasnya dengan memberikan arahan, dorongan moral, dan semangat kerja untuk para pengikutnya, yaitu murid. Dimana "Pada abad ke 21, masyarakat semakin menjadi beragam secara demografi, maka pendidik akan lebih lagi perlu mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah-sekolah yang toleran dan demokratis. Kami meyakini bahwa, melalui pembelajaran tentang etika, pemimpin-pemimpin pendidikan masa depan akan lebih siap dalam mengenali, berefleksi, serta menghargai keberagaman." (Ethical Leadership and Decision Making in Education, Shapiro, J.P., Stefkovich, J.A, New York, 2016, hal. 4).

Jadi, sebagai sebuah institusi moral, sekolah yang merupakan sebuah miniatur dunia sangat berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral.

Selaras dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, bahwa dengan tertanamnya nilai-nilai kebajikan dalam diri kita, maka sudah terbentuk sebuah budaya positif yang tertanam dalam diri kita. Budaya positif inilah yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai kebajikan universal seperti disiplin, tanggungjawab, mandiri, saling menghormati, sopan santun, dll. Dimana jika budaya positif tersebut sudah diterapkan oleh pendidik sebagai pemimpin pembelajaran secara terus menerus tanpa adanya tuntutan dan tekanan, maka penerapannya kepada murid akan berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Seperti dalam membuat keyakinan kelas dengan membuat pertanyaan-pertanyaan bersifat universal dibuat dalam bentuk kalimat positif yang membutuhkan kesepakatan dan kontribusi semua warga kelas. Dari keyakinan kelas itulah tercipta sebuah budaya positif dimana nilai-nilai kebajikan terbentuk dan diyakini dalam setiap pengambilan keputusan yang sangat berpengaruh sebagai bentuk tanggungjawab yang lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.

Dalam pengambilan keputusan sebuah permasalahan dibutuhkan kolaborasi semua pihak terkait. Dimana butuh pendampingan dalam menjalankan prosesnya, salah satunya menggunakan metode coaching untuk mendorong murid pada situasi yang lebih baik dan mengetahui seberapa besar tingkat kompetensi diri yang ingin dikembangkan dalam proses pembelajaran. Melalui metode coaching itulah, konsep pengujian dalam pengambilan keputusan akan lebih efektif dilakukan dalam menggali pertanyaan-pertanyaan sehingga mampu mengidentifikasi permasalahan dan memunculkan ide-ide atau gagasan dalam mengambil keputusan untuk permasalahnnya.

Begitu pula dengan kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek social emosionalnya yang diterapkan dalam pengambilan keputusan. Dengan focus pada permasalahan, menjadi pendengar yang aktif dengan kehadiran penuh, dan pemikiran yang jernih pastinya akan menghasilkan suatu keputusan yang akan berdampak positif pada muridnya. Karena jika seorang pendidik mampu untuk focus pada suatu permasalahan yang dilandasi dengan nilai-nilai yang dianut, maka tujuan utamanya adalah dengan memperbaiki moral atau etika murid tersebut. Yang tentunya akan berdampak pada lingkungan disekitarnya. Harapan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman akan terwujud jika seorang pemimpin pembelajaran mampu mengambil keputusan yang bijaksana sesuai dengan 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan.

Dalam pengambilan keputusan pun tentunya kita akan berhadapan dengan tantangan atau hambatan dari berbagai pihak yang memiliki kekuatan dan potensi, dimana pihak pro dan kontra tersebut turut mengambil peran dalam mempertimbangkan segala keputusan yang akan diambil. Untuk itu, kita sebagai pemimpin pembelajaran yang memegang teguh nilai-nilai kebajikan harus mampu merangkul kedua pihak yang saling bertentangan untuk menghasilkan sebuah keputusan yang kelak akan dipertanggungjawabkan bersama berdasarkan hasil mufakat bersama. Segala keputusan yang diambil berpengaruh dengan pengajaran yang memerdekakan murid, dimana saat pengambilan keputusan pada proses pembelajaran yang tepat berdasarkan potensi murid yang berbeda-beda. Dengan keberagaman potensi tersebut pastinya seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menggali minat dan bakat setiap murid sehingga akan mampu akan muncul nilai-nilai yang mempengaruhi masa depan setiap murid. Melalui minat dan bakat itulah, maka akan muncul dan terlihat potensi yang akan dikembangkan pada diri setiap murid. Sehingga seorang pemimpin pembelajaran mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijak dalam mempengaruhi kehidupan murid-muridya dimasa yang akan datang.

Pada modul kali ini, saya mampu menarik kesimpulan bahwa arti kata mendidik yang sesungguhnya itu lebih luas. Dilandasi dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang memberi trilogi bermakna pada dunia pendidikan khususnya dalam menerapkan semua nilai-nilai kebajikan. Sehingga dengan peran kita sebagai pendidik memiliki tantangan yang luar biasa untuk menggali potensi pada diri setiap murid dengan tujuan agar murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup.

Dalam modul ini saya memahami sekolah sebagai institusi moral yang mengemban tugas yang maha berat berupa membentuk karakter murid, dimana pada hakikatnya sebuah visi dan misi sekolah itulah yang mendasari sebuah sekolah sebagai institusi moral pembentuk karakter. Dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan kita dimudahkan dan dipandu dalam menerapkan praktik pengambilan keputusan dengan lebih baik. Dimana 9 langkah tersebut meliputi:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.
  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini.
  • Pengujian yang benar atau salah, meliputi:
  • Uji legal
  • Uji regulasi/standar professional
  • Uji intuisi
  • Uji publikasi
  • Uji panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar. Dimana bukan hanya mengelompokkan
    permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang sedang dihadapi betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama sama penting, yaitu:
  • Individu lawan kelompok (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
  • Melakukan prinsip resolusi pengambilan keputusan dalam kasus yang mengandung dilemma etika, dengan:
  • Berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking)
  • Investigasi opsi trilema.
  • Buat keputusan
  • Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi moral atau dilemma etika hanya berdasarkan perasaan baik dan buruknya saja, serta mempertimbangkan berdasarkan satu pihak saja tanpa mengetahui langkah-langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Namun setelah saya mempelajari modul ini, saya menjadi lebih memahami dalam proses pengambilan keputusan melalui langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan yang telah dipelajari pada modul ini, serta mampu membedakan antara kasus yang mengandung unsur dilema etika atau bujukan moral.

Dengan lebih memahami kesembilan langkah-langkah pengujian dalam pengambilan keputusan pastinya akan lebih berdampak pada cara saya dalam mengambil sebuah keputusan. Yang awalnya hanya berdasarkan perasaan baik dan buruknya saja serta mempertimbangkan dari satu pihak saja, kini saya dapat merubah paradigma atau cara berpikir saya dalam menghadapi sebuah kasus berlandaskan 9 langkah pengujian untuk mengambil sebuah keputusan yang bijak sehingga mampu dipertanggungjawabkan bersama.

Dan menurut saya, mempelajari topic modul ini sangatlah penting bagi kita sebagai seorang individu terlebih lagi sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Karena dalam menjalankan perannya, tentu seorang pemimpin akan menghadapi berbagai situasi dimana ia harus mengambil suatu keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. Dan saatbitu terjadi, tentunya bukanlah sebuah keputusan mudah karena kita akan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas ke berbagai pihak terkait, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi, dan keputusan-keputusan yang diambil pun kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh pihak yang ada lingkungan sekitar kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun