Melodi tumbuh menjadi anak gadis yang cantik dan ceria. Semenjak kehadiran Melodi, Hari-hari kehidupan Dableh dan Painah selalu diliputi kebahagiaan meski masih berada dalam garis kemiskinan.
Tepat pula, setahun yang silam Melodi meninggal dunia ketika ia akan naik ke kelas lima. Saat itu Melodi meraih ranking paralel satu dan diberi medali penghargaan oleh sekolahnya.Â
Saking bahagianya ingin cepat-cepat menunjukkan prestasinya kepada kedua orang tuanya, Melodi pulang sekolah dengan berlari tanpa mengindahkan kondisi jalan. Dan pada saat ia menyeberang, sebuah truk cabe yang melaju kencang menghantam tubuh kecilnya hingga ia jauh terpental.
Semenjak tragedi yang mengenaskan itu kesedihan bertahan berbulan-bulan di pikiran Dableh dan Painah. Duka ada di mana-mana. Di kasur, di dapur, di sumur bahkan jamban merekapun berada dalam pendudukan kesedihan.Â
Kesedihan menetap seolah seperti rombongan tamu yang tak tahu malu. Makin bikin sesak kediaman mereka yang sudah sumuk dan sempit.
Tetapi syukurlah. Menjelang setahun kepergian Melodi, Painah yang sebenarnya dari dulu memang pribadi yang garang dan sudah pernah pula mengalami kehilangan kedua orangtuanya memutuskan untuk bangkit kembali.Â
Painah muak dengan kesedihan yang telah memporak-porandakan kehidupannya. Hingga pada suatu hari ia dengan kekuatan entah darimana, tega menampar kedua pipi Dableh yang kian mengisut.Â
Tamparan itu ia tujukan agar suaminya itu ikut sadar dan tak terus hanyut dalam kesedihan. Berkat tamparan itu, Dableh pun akhirnya sadar dan mengiyakan. Mereka sepakat untuk mengusir segala kesedihan dan memulai lembaran hidup yang baru.
Begitulah mengapa mereka sudah hadir di kuburan pada pagi yang masih berembun itu. Pagi itu adalah hari yang istimewa. Hari ketika anak kesayangan mereka berulangtahun. Â Sama halnya hari kelahiran, mereka merasa perlu juga untuk merayakan hari kematian.
Maka setelah kuburan bersih dari rumput dan dedaunan yang berserakan, Dableh pun resmi memulai perayaan ulang tahun anaknya itu dengan terlebih dahulu melafalkan bismillah.
Painah membawakan mawar merah yang ia pindah dari depan rumah sebagai kado perayaan. Ditanamkannya bunga itu di samping nisan Melodi.