Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Obrolan

19 Agustus 2022   02:44 Diperbarui: 19 Agustus 2022   02:46 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari pixabay.com

Bang!

Hm..

Setelah mati, aku bakal dihidupkan lagi, kan?

Ya. Kau akan hidup lagi

Nanti aku dihidupkan di surga atau neraka?

Tidak dua-duanya.

Lho, tidak dua-duanya bagaimana? Aku itu baik hati, lho. Kayaknya aku pantas buat masuk surga, deh. Eh, kalau dipikir-pikir kenakalanku juga mungkin sudah sesuai persyaratan buat masuk neraka, sih. Masa tidak masuk ke dalam dua-duanya?

Ya, Kamu tidak akan masuk, sebab surga dan neraka itu hanya untuk spesies manusia, Dik.
Kalau ikut aturan mereka, kamu memang akan dihidupkan lagi di akhirat. Tapi cuma sebentar. Berbeda dengan manusia yang kelakuan mereka diperhitungkan untuk masuk surga atau neraka. Kelakuanmu di dunia tidak diperhitungkan. 

Kalau aku tidak diperhitungkan buat masuk surga atau neraka, terus ke mana aku setelah dihidupkan lagi?

Kamu akan diberi kesempatan untuk membalas dendam kepada hewan lain yang pernah menjahatimu sampai kamu merasa puas. Dan hewan lainpun diberi kesempatan untuk membalas perbuatan jahat yang pernah kamu lakukan. Setelah impas, sudah.  Kamu akan dimatikan lagi. Kali ini dimatikan untuk selamanya.

Hm.. jadi habis aku mati, aku akan dihidupkan sebentar, lalu aku akan dimatikan lagi, begitu?

Ya. Begitu.

Kok begitu?

Memang begitu aturan mereka. Kenapa?

Tapi.. tapi aku kan mau kayak manusia, Bang. Aku mau hidup abadi setelah mati. Pasti seru, deh.
Aku mau lihat seperti apa penampakan surga yang katanya super indah dan seperti apa pemandangan neraka yang amat panas mengerikan itu.
Aku ingin merasakan bagaimana rasanya hidup di surga yang katanya ada sungai dengan aliran susu segar berisi ikan-ikan lezat yang bisa aku makan sepuasnya. Mmm nyam-nyam.
Dan kalaupun perhitungan kelakuanku jelek sehingga harus dimasukkan di neraka, aku penasaran bagaimana sensasi terbakar api neraka yang katanya berlipat-lipat lebih panas dari panas matahari itu.

Haha

Kok ketawa, sih?

Kamu tak perlu menunggu mati dan dihidupkan lagi kalau sekadar ingin merasakan surga dan neraka. Bukankah kamu sudah merasakan kenikmatan yang serupa dengan surga yang digambarkan manusia itu? 

Nikmat yang mana?

Di samping kamu tinggal di ruang yang selalu sejuk, Kamu kan sering diajak budak manusiamu bertamasya menghirup udara pegunungan di tepi sungai dengan air bening yang bergemericik. Bukankah itu sama keindahan surga? Kamu ingin minum susu di surga? Bukankah setiap hari kamu diberi susu sapi segar? Kamu ingin makan ikan sepuasnya? Lha, yang kamu makan setiap hari apa? Yang kamu makan tiap hari itu ikan-ikan pilihan yang rasanya sepuluh kali lebih lezat dan sebelas kali lebih mahal dibandingkan nasi bungkus yang diberikan tuanku Kosim ke anaknya. Kamu sudah berada di Surga sekarang.  nikmatilah! Kenapa repot-repot harus menunggu mati untuk merasakan kenikmatan surga?

Mm.. iya sih. Tapi...

Tapi apa? O, aku tahu. Kamu juga ingin nikmati bidadari-bidadari surga cantik yang digambarkan mereka?

Hehe

Kamu tunggulah dua atau tiga bulan lagi. Saat kamu sudah dewasa. Budak manusiamu sudah menyiapkan kucing-kucing secantik bidadari untuk kamu kawini. Mau yang bagaimana? Mau kucing siam dengan bulu cemongnya yang eksotis? Atau kucing persia dengan ekor menjulangnya yang aduhai? Atau kucing kampung yang karakternya yang agresif tapi menarik? Semua sudah disiapkan. Kamu tinggal pilih.

Wiih!

Wah wih wah wih! Dengan segala kenikmatan itu, apa kamu masih butuh surga setelah mati?

Hmm. Lalu soal neraka bagaimana, Bang?

Itu juga tak perlu menunggu mati. Kalau kamu penasaran ingin merasakan berada di neraka, ikutlah aku menamani tuanku Kosim memulung di TPA besok siang! Di sana Kau akan merasakan betapa panasnya sinar matahari sampai ubun-ubunmu serasa meleleh. Ditambah bau busuk tumpukan sampah yang membuat hidungmu serasa mau meledak.

Hih, ngeri. Tidak jadi, deh.

Lho, katamu penasaran bagaimana rasanya neraka?

Iya. Tapi diajak ke tempat kerja tuanmu itu bikin nyaliku ciut.

Kalau itu terasa berat, kamu coba yang lebih ringan deh. Ayo berteduh di dalam gubuk tuanku Kosim. Dua jam saja, deh. Tidak terlalu panas dari sengatan matahari di TPA, kok. Cuma pengap gubuk dengan atap sengnya itu bisa bikin kamu serasa jadi kucing panggang.

Tidak.. tidak. Cukup! Aku tidak penasaran lagi, deh.

Maka dari itu, tak perlulah kamu ikutan manusia yang pusing memikirkan setelah mati ke surgakah atau neraka. Kalau kamu sudah bahagia dengan tempatmu sekarang, itulah surga. Kalau kamu penasaran seperti apa berada di neraka, cobalah rasakan kesengsaraan dengan tinggal sebentar di tempat tuanku Kosim.

Kok saranmu begitu? Sebenarnya abang ini percaya adanya surga dan neraka atau tidak sih?

Percaya tidak percaya adanya akhirat yang berisi surga dan neraka itu kan urusan manusia. Aku tidak peduli. Aku ini cuma seekor anjing. Aku tidak tertarik dengan iming-iming surga atau ancaman neraka. Tapi dalam hidup ini, aku akan selalu berusaha untuk berbuat kebaikan, terutama kepada tuanku Kosim karena memang ketika melakukan kebaikan membuat diriku merasa bahagia. Dan aku selalu berusaha untuk menghindari perbuatan jahat karena berbuat jahat membuat aku merasa tidak nyaman.

Kalau soal kita akan dihidupkan lagi setelah mati, abang percaya, kan?

Ya. Aku percaya aku akan hidup lagi, tetapi bukan di akhirat. Aku akan hidup lagi, ya tetap di jagat semseta ini. Setelah mati, kesadaran hidup yang dikandung dalam bagian-bagian tubuhku akan berpindah ke mahluk lain. Aku akan hidup lagi sebagai bagian dari bakteri-bakteri yang menguraikan otakku, aku akan hidup lagi sebagai cacing yang melahap jantungku, aku akan hidup lagi sebagai bunga yang menyerap darahku dan sebagai mahluk apapun yang mengonsumsi bagian-bagian tubuhku. Aku akan mati berkali-kali. Tapi aku akan selalu hidup kembali dalam bentuk yang baru.

Aku tidak mengerti maksud kalimat-kalimatmu, Bang.

Mungkin omonganku memang mulai ngawur karena sudah mengantuk.

Aku juga mengantuk, Bang

Ya sudah. Kita selesaikan obrolan ini sampai di sini saja.

Mm.. Aku pamit masuk rumah ya, Bang.

Ya.

Sampai jumpa besok malam lagi

Ya. Sampai jumpa lagi

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun