Hallo, kawan! Aku ingin berkisah nih.
Aku dan temanku tidak menyangka hari itu akan menjadi perjumpaan awal sekaligus terakhir kami dengan Ibu Tp (39).
Hari itu kami melihat fisik Ibu Tp dalam kondisi yang baik-baik saja. Masih bisa berjalan dengan kedua kaki, masih bisa berkomunikasi dan merespon dengan baik pertanyaan kami.
Satu yang kami rasa tidak dalam keaadaan baik adalah kondisi jiwanya. Hari itu Ia nampak kosong, tatapan matanya layu, kami merasa Ia sedang tersesat dalam belantara duka.
Ibu Tp merupakan korban percobaan bunuh diri yang Ia lakukan dengan menjatuhkan diri ke sungai akibat depresi kehilangan kehilangan buah hatinya. Untungnya masih bisa diselamatkan dan oleh warga dibawa ke rumah sakit dengan beberapa luka.
Dalam perawatan di rumah sakit, kepada Ibu Tp dilakukan tes swab. Tak dinyana, ternyata hasil menunjukkan bahwa ia positif covid-19. Selama satu minggu perawatan, kondisi Ibu Tp semakin membaik hingga oleh dokter diperbolehkan untuk pulang ke rumah dan melakukan Isolasi Mandiri.
Hari itu kami ditugaskan untuk mengantar beliau pulang ke rumah untuk melakukan Isoman. Kami mengira bahwa dengan keadaan fisiknya, ia bakal dengan mudah sembuh dari serangan covid-19 yang ada dalam tubuhnya.
Baru satu minggu dalam Isoman, Ibu Tp mengalami sakit kembali dengan gejala ruam pada kaki, demam, batuk dan sesak nafas. Kondisi tersebut membuat Ibu Tp harus kembali dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Tak lama setelah dirawat, Tuhan berkehendak lain. Ibu Tp dinyatakan meninggal dunia. Pada malam harinya, Ibu Tp dimakamkan dengan menggunakan protokol Covid-19.