(1)
Malam itu aku berjalan sendirian.
Aku tak sengaja menginjak tahi ayam yang tergeletak di persimpangan jalan.
Kakiku terpincang-pincang, lalu tersandung batu sampai lebam.
Aku pulang dengan air muka yang masam.
Sampai di sarang, kuceritakan dengan serampangan kepada kawanan macan.
"Tolong Aku, Kawan!
Harga diriku telah dihina oleh kucing-kucing persimpangan jalan.
Kucing-kucing itu telah melempariku dengan gumpalan-gumpalan tahi ayam.
Aku sempat mengelak tapi kakiku tetap kena telak.
Mereka tertawa tegelak-gelak sampai ada yang tersedak. Sungguh perlakuan mereka perlu ditindak!"
Kawanan macan itu serentak percaya ceritaku. Tak pelak, Muka-muka mereka berubah menjadi merah jahanam.
Keparat! Kucing-kucing mulai berani merendahkan macan. Pelemparan tahi ayam ini jelas penghinaan. Kita harus balas dendam!
Kawanan macan kemudian datang menuju persimpangan jalan.
Mendobrak sarang kucing-kucing yang sedang tidur nyaman. Seisi rumah pecah, belepotan, habis diobrak-abrik amukan macan.Â
Kucing-kucing kebingungan. Leher kucing-kucing itu tercekik ketakutan. tak sempat mengeong, mulut kucing-kucing itu sudah tercabik-cabik oleh cakarcakar macan.
Kawanan macan pulang dengan kegirangan. Sementara aku pening mencari otakku yang hilang dalam rimba penyesalan.
(2)