Pertempuran Bersama
Aku Ingin Kuliah, Apa Daya Otakku Lemah
Sepuluh menit sebelum pertempuran kudengar ratusan mulut komat-kamit membentuk suara tawon berdengung mantul-mantul ke segala penjuru gedung. Oh. Mulut-mulut bising itu sedang membaca mantra untuk menang.Â
Kuputar baling-baling di kepalaku, mendinginkan rasa pusing karena mulut bising para pesaing.Â
Aku harus tenang. Pasti aku yang menang!
Jarumjam makin tajam membangunkan kegelisahan yang sempat terdiam.Â
Otakku kewalahan menahan gempuran gerombolan kata dan angka yang membingungkan. Tanganku patah. Aku Lelah untuk lebih jauh menjelajah.
Baru aku sadar, aku hanya manusia lemah. Dalam pertempuran ini aku kalah.
Cicakcicak yang melihat kegagalanku kembali tertawa terbahak-bahak.
Sudahlah, akhiri saja impianmu untuk kuliah. Menyerah saja sana! Hahaha
Tidak! Sel darah putihku yang tangguh menolak untuk menyerah.
Dengan lahap ia melumat amarah dan kekecewaan sebelum meluas ke seluruh jalur peredaran darah. Hatiku tidak melepuh! Otakku belum rapuh!