Kucing Kampung
Aku seekor kucing bertubuh ramping
Bulu tubuhku penuh abu dan compang-camping
Cakarku masih runcing, tapi taringku patah satu iring
Serumpun koreng nyaman bersarang di daun kuping
Aku kelaparan.
Aku tak bisa lagi makan tikus.
tikus-tikus sekarang galak-galak, punya banyak backingan.
Kalau nekat memburu tikus, aku bisa mampus.
Aku jadi makin kurus, belulangku sampai empuk seperti gabus.
Aku kesakitan.
Tadi aku cuma memandangi piring berisi rendang
Tapi Pas Mak Endang datang
Punggungku langsung ditendang, lalu kepalaku ditimpuk pakai sapu ijuk.
Sakit..
Sakit ini membuatku ingin selalu mengerang. Meong...
Kucing Gedong
Aku adalah keindahan.
Bulu tubuhku halus dan mulus bagaikan awan
Mataku berkilauan laksana berlian
Kumis-kumisku tajam bagai pedang sang pangeran.
Jangan panggil aku kucing. Panggil Aku tuan Majikan. Kamu budak harus tunduk. Apa saja yang kuinginkan, semuanya harus dikabulkan.
Makananku harus bergizi.
Siapkan aku susu tiap pagi!
Hidangkan aku ikan, daging kambing segar, dan biskuit setiap hari!
Cepat atau kamu aku pecat! Miauw..
Kucing Garong
Hey, cantik! Lihatlah, hatimu kini sudah ada digenggamanku. Tak bisa lagi kau berkutik.
Menyerahlah! Mauwmauw.
Pantura, 29 Agustus 2020