Ingin rasanya saya ikut merasakan euforia menonton drama Korea yang sedang melanda Negeri Kita, tapi apa daya, aku tak bisa.
Saya suka menonton serial drama yang diimpor dari luar negara. Dulu, saya suka ikut-ikutan menonton telenovela, drama dari spanyol yang bikin Emak gregetan, nangis, dan tertawa.
Mulai dari Charita de Angel seorang bocah berhati malaikat, hingga Marimar, gadis desa yang diperebutkan pria kaya raya.
Dulu juga pernah populer film-film drama musikal dari India yang di dalamnya hampir selalu ada nyanyian dan tarian setiap adegan entah sedih atau bahagia.Â
Dari lika-liku kisah percintaan di Mohabbatain, hingga kisah persahabatan antara manusia dan alien dalam Koi Mil Gaya.
Sempat pula dunia tontonan Negeri kita dihebohkan dengan tayangnya drama asal Taiwan, Meteor Garden. Kisah Sanchai si wanita biasa-biasa saja, yang ditaksir oleh Tomingse, cowok keren dan kaya pimpinan grup F4 ini seolah menjadi tontonan wajib kalangan anak muda hingga emak-emak.
Setahu saya, drama Korea mulai booming melanda anak muda dan Emak-emak ketika drama Boys Before Flowers, adaptasi drama Meteor Garden versi Korea, mulai di tayangkan di televisi Negeri Kita.
Dalam perkembangannya, Â drama Korea terus saja berlanjut hingga kepopuleran drama negeri ginseng ini mengalahkan drama-drama impor lain yang lebih dahulu masuk di negeri kita.
Sampai saat ini, teman SMA, teman Kuliah, Emak-emak, bapak-bapak masih hype sekali bahas drama korea sebagai topik utama obrolan mereka.
Sayangnya, saya tidak terlalu mengikuti kehebohan drama korea. Akibat tidak mengikuti dan menonton, saya kerap cuma bisa cengar-cengir saja ketika nimbrung keseruan teman-tenan saya ngobrolin drama-drama korea.
Bahkan, The World of Married, drama yang lagi booming akhir-akhir ini dan sudah ditayangkan di televisi saja, saya tidak pernah sekalipun menonton ini.
Bukan saya tidak suka, tapi ada beberapa kendala yang bikin saya gagal untuk menikmati tontonan drama korea. Kendala-kendala yang saya alami, diantaranya sebagai berikut:
1. Susah Membedakan Wajah Aktris dan Aktor (Cross Race Effect)
Maaf, mungkin terdengar rasis, tapi jujur, saya tu sering mengalami kebingungan luar biasa ketika menonton drama korea. Kebingunganku disebabkan karena saya susah sekali membedakan wajah antar pemeran satu dengan pemeran yang lain.
Menurut pandangan saya, fitur-fitur wajah yang dimiliki para pemeran drama korea cenderung terlihat sama. Putih, mulus, bibir tipis, bentuk mata peralihan antara sipit-belo serta gaya make up, gaya rambut dan gaya busana yang hampir sama.
Kalau tidak ada penanda khusus yang mencolom seperti gaya rambut yang berbeda, pakaian yang beda, dan kelakuan peran yang berbeda, sulit bagi daya untuk niteni satu persatu dari mereka.
Setelah browsing di dunia maya, ternyata bukan cuma saya mengalami kesulitan membedakan wajah orang dari ras lain. Apa yang saya alami merupakan keadaan wajar yang juga dialami oleh ras lain. Dalam istilah keren-nya, keadaan ini disebut dengan Cross race effect.
2. Â Nama tokoh susah dilafalkan dan disebutkan
Saya terbiasa dengan nama-nama orang negeri kita, Joko, Abdul, Hendra, Siti, Maria, Albert, Dinda, Santi, Hasibuan, dan lain-lain.
Sedangkan dalam drama korea, nama tokoh di dalamnya terdengar asing dan susah bagi saya untuk menghafalnya. Sering saya salah nyebut dan salah sangka dalam menandai nama-nama tokoh di dalamnya. Lidah saya kerap keseleo ketika mencoba menyebut nama-nama tokoh itu.
Penamaan tokoh yang menurut saya susah ini, membuat saya nambah bingung untuk menangkap alur cerita yang berusaha disajikan.Â
3. Subtitle bikin gagal fokus
Drama-drama korea yang beredar di Negeri kita belum banyak yang sudah sudah didubbing oleh voice aktor ke dalam bahasa Indonesia. Kebanyakan masih sekedar di alih bahasa lewat subtitle di bawah layar saja.Â
Subtitle membuat otak saya harus bekerja ekstra untuk sekedar menonton drama-drama ini. Satu sisi harus memperhatikan adegan drama, sisi lain saya harus membaca teks-teks kecil yang tertera untuk bisa lebih memahami alur certia.
Hal itu membuat saya semakin kebingungan dan tidak dapat fokus menikmati keseruan yang sedang disajikan pembuat drama kepada saya.
4. Unduhan Ilegal dan Sayang Kuota
Kepopuleran dang nge-hype-nya drama korea di lingkungan pergaulan saya, membuat teman-teman saya rela untuk mencari drama-drama ini dengan mengunduhnya di dunia maya melalui situs-situs film yang ilegal.
Saya tidak terlalu suka ketika memakai barang-barang ilegal. Prinsip saya, sebisa mungkin saya menghindari penggunaan barang-barang digital yang ilegal kecuali saat memang benar-benar dalam keadaan kepepet (Beberapa Software di komputer saya masih ilegal karena kalau beli, mahal. Hehe).
Saya sering menolak tawaran teman untuk menonton dan bahkan memberikan file drama korea hasil unduhan di situs ilegal kepada saya.
Alasannya, saya merasa ada yang mengganjal di hati yang bikin saya tidak bisa leluasa menonton drama korea ini meskipun diberikan secara cuma-cuma oleh teman saya.
Di sisi lain, untuk menonton secara legalpun saya masih eman-eman, sayang kuota dan tidak rela mengeluarkan beberapa lembar uang untuk berlangganan di situs streaming film legal hanya untuk sekedar menonton drama korea.
Mending kuota saya gunakan buat nonton video tutorial pangkas rambut dan duitnya buat beli cilok dan sekardus mie rebus daripada untuk menonton drama korea.
5. Alur Cerita Drama Korea terlalu Rumit
Saya wong ndeso... terbiasa dengan nonton drama-drama dengan penokohan dan alur yang sederhana. Kebanyakan drama korea alur ceritanya rumit dan agak membingungkan membuat saya sulit untuk paham.
Untuk memahami kebanyakan drama korea tersebut, tidak semudah ketika saya menonton drama sabun alias sinetron ala rumah-rumah produksi film Negeri Kita.
Meskipun episode-episode mencapai ratusan hingga ribuan, alur drama-drama sabun buatan dalam negeri sangat mudah dipahami.Â
Drama sabun dalam negeri tak jauh berkutat seputar basa-basi, kemudian menonjolkan konflik-konflik sederhana yang tak henti-henti, hingga akhirnya ending-nya mudah sekali ditebak.
Oleh karena itulah, saya lebih menyukai drama rumah tangga yang disajikan dalam "Suara Hati Isteri" yang disiarkan di Indosiar, dibandingkan dengan drama ruma tangga "The World of Married" yang disiarkan di Trans TV.Â
Mungkin cuma saya yang mengalami
Apakah anda juga mengalami kendala-kendala saat mencoba menikmati drama Korea seperti yang saya alami?Â
Kemungkinan kendala-kendala yang saya alami di atas, bisa saya atasi seiring waktu berjalan. Saya cuma belum terbiasa saja menonton drama korea. Hehe.
Baca Juga : Quarterlife Crisis dalam Lagu Zombie - Day6
Sekian.Â
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H