Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Begini Cara Saya Ngaca Ketika Tulisanku Tak Mampu Menarik Banyak Pembaca

30 Mei 2020   23:34 Diperbarui: 31 Mei 2020   08:43 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freepik.com/wirestock

Nulis ya nulis aja, ngapain mikirin berapa banyak orang yang baca tulisanmu. 

Saya sering mendengar dan membaca nasihat "nulis ya nulis aja" ini dengan beragam redaksi yang berbeda. Saya sih setuju saja. Memang, walau cuma satu manusia saja yang baca tulisanku, saya sudah bahagia.

Tapi lama-lama rasanya kok enggak greget, ya ketika sudah menulis di berbagai media, tapi sedikit saja yang baca. Bukankah salah satu tujuan menulis adalah berbagi manfaat kepada pembaca? 

Ketika hanya sedikit saja yang baca, berarti  manusia yang memperoleh manfaat dari tulisanku, juga sedikit dong, ya. Kalau begini, mending menulis di buku diary atau menulis surat cinta untuk si dia, saja.

Demi memperbanyak manusia yang dapat saya berikan manfaat dari tulisan yang saya buat, akhirnya saya memutuskan meningkatkan standar bahagia saya.

Kemudian saya tantang diri saya sendiri, "Jangan bahagia dulu ketika pembaca tulisanmu hanya satu! Kamu hanya boleh berbahagia ketika tulisanmu bisaa menarik banyak manusia yang baca!"

Tantangan itu membuat saya yang mudah bahagia, terpaksa harus menahan dulu rasa bahagia untuk boleh dirasakan ketika pembaca tulisanku sudah banyak. Sungguh, merepotkan sekali. 

Dalam menjalani tantangan ini, ternyata susah-susah-susah, gampang. Saya lebih banyak  menemukan kesusahan daripada kegampangan saat berusaha menarik banyak manusia untuk membaca tulisan saya.

Misalkan saja ketika saya menulis di Kompasiana, ada artikel yang saya namai Marika. Artikel ini saya buat dari konsep yang berkualitas dan saya rawat dengan sepenuh hati seperti anak sendiri hingga menjadi sebuah artikel yang saya rasa akan laris. Namun ketika sudah dirilis, ternyata Marika gagal meraih banyak pembaca.

Jelas saya tidak kecewa, wong saya pada dasarnya orang yang mudah bahagia. Tetapi karena tantangan yang sudah saya ceritakan di atas, saya terpaksa harus pura-pura kecewa dan tidak berbahagia atas perolehan hasil si Marika. Saya merasa kalau membuat artikel yang laris, memang 3:1 perbandingan susah:gampang-nya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun