Ah.. Gak Seru!
Apakah saya termasuk orang yang kufur nikmat karena menganggap menemukan es krim mewah ini dengan mudah itu tidak seru? Saya rasa tidak.
Mungkin bagi orang yang lahir di tahun 80-an banyak yang memiliki kenangan dan keinginan menikmati es krim ini karena terpengaruh oleh iklan TV. Tapi Jujur saja, saya tidak memiliki kenangan nostalgia sama sekali dengan Viennetta.Â
Saya yang baru lahir di tahun 90-an, lahir di kampung dan sangat jarang menonton tv (karena harus numpang ke tetangga kalau mau nonton tv) sepertinya tidak pernah tercemar oleh iklan-iklan es krim yang dibranding sebagai produk mewah ini. Nuansa Hype bernostalgia dengan Viennetta yang diperbincangkan saat ini, tidak bisa aku rasakan.
Oleh karena itu, saya memilih untuk mengurungkan membeli Viennetta yang aku temukan tadi. Niatku mencari barang ini kan, cuma pengen merasakan sensasi berburunya saja, jadi Saya biarkan es Krim itu tetap di Freezer untuk orang-orang yang lebih membutuhkan. Hehe.
Untuk mengobati rasa kekecewaanku, akhirnya saya memutuskan untuk berburu produk jaman masa kecil yang sama-sama bisa menumbuhkan rasa bernostalgia. Saya memutuskan untuk berburu Kang jual Es Tungtung, mungkin di daerah anda, menyebut es ini sebagai  dungdung/es puter. Es Krim tradisional yang saya kira tak kalah nikmat rasanya dengan Viennetta.
Bagi saya, dibanding viennetta, saya lebih merindukan es krim Tungtung ini. Sudah berpuluh-puluh tahun rasanya saya tak bisa menemukan penjual dan  membeli es ini sambil memainkan gong kecil milik kang Es Tungtung yang memiliki bunyi unik sekali. "tung tung"
Berburu Es Tungtung
Saat kecil saya biasanya hanya perlu menunggu di depan rumah pada waktu sore hari, Kang Es tungtung biasa lewat sambil memainkan gong tungtung-nya memanggil anak-anak untuk datang membeli. Tetapi belakangan ini sudah sangat jarang orang yang masih berjualan es krim ini berkeliling kampuung.
Demi memenuhi hasrat nostalgia dan rasa berpetualang yang belum aku dapatkan dari memburu Viennetta, selepas keluar dari minimarket saya langsung berkeliling kampung mencari dimana keberadaan kang Es Tungtung ini.Â
Sudah hampir seluruh kampung saya jelajahi, sudah banyak warga saya tanyai, hingga hari sudah sore, pukul 17.00 WIB (Waktu Indonesia Brebes), tak juga aku temukan penjual es krim ini. Â Rasanya lelah sekali badanku berjalan dan ingin menyerah mengakhirir perburuan ini dengan hasil yang sia-sia. Akhirnya dengan terpaksa aku pulang, kembali ke kosan dengan perasaan kegagalan.