Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tenggelam Matahari Mimpi Buruk Terjadi di Gili

2 Februari 2019   22:28 Diperbarui: 3 Februari 2019   16:10 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah keribetan kami membawa koper karena salah satu koper rusak plus buta arah kemana harus melangkah mencari hotel, ada mas-mas gondrong menghampiri. Bak peramal, dia tahu kita lagi menuju penginapan tujuan kami dan mengarahkan jalan.  

Oke, ternyata lumayan jauh juga harus masuk gang. Dan jeng jeng... bangunan semi permanen dengan bambu seutuhnya berdiri di hadapan kami. Bambu yang tampak tak meyakinkan ini makin membuat hati kami gundah gulana ditambah pula para lelaki gonfrong bertelanjang dada yang gonjrang gonjreng di samping kamar membuat saya makin tak nyaman.  

Duh, kalau tahu begini gak usah transaksi deh, mending pergi ke hotel lain. Tapi nasi sudah terlanjur jadi bubur yang gosong jadi ga bisa dinikmati lagi. Apalagi pas tahu toiletnya penuh sela yang membuat orang bisa saja mengintip. Duhhhh.... saya gimana ini mandinya. Akhirnya apa yang terjadi. Kami pun menyumpal setiap celah di sela bambu dengan tisu agar mandi bisa nyaman. 

Ternyata kondisi toilet yang mengenaskan ini bukan hanya ada di kamar saya tapi juga teman saya, bahkan dia langsung dekat dengan jalan hahaha... Selepas kita mandi sore, saya dan teman-teman memutuskan untuk melihat sunset perdana di Gili Trawangan yang katanya indah.  

Kami pun juga mau berkeliling menyewa cidomo kayak delman gitu, ternyata harga yang harus dibayar mahal juga kami  diminta 100 berdua untuk dua cidomo dengan alasan kalau cuma satu takut bahaya. Baiklah akahirnya kita tawar menawar dan jadilah hanya 150 untuk 2 cidomo. Ya, apa boleh buat daripada naik sepeda yang kita gak bisa kendarainnya wkwkwk...  

Dokpri
Dokpri
Kita sempat bingung destinasi drop off kita akhirnya saya minta diturunin di resor yang cukup terkenal di sana dengan ayunannya tapi saya enggak bisa main ke tengah lain. Alasannya apalagi kalau gak bawa baju banyak dan gak mau terulang lagi kehabisan baju seperti di Bali sampai harus jemur dulu pakaian di pantai hahaha... 

Kita menunggu mentari tenggelam sambil liatin orang bule pacaran tidur-tiduran peluka-pelukan... mungki si surya sepet ngeliat pemandangan itu jadilah dia gak bagus tampilin sunsetnya yah...hari menjelang magrib azan mulai terdengar tapi menjadi tidak jelas karena azan disambut dengan musik jedak jeduk dari resor. Pinter banget emang... 

Sama seperti berangkat, pulang pun kita harus ekstra tawar menawar terburu-buru karena mangejar salat magrib. Hasilnya si bapak baik hati bersedia mengangkut kita semua meski sang andong goncangan lebih kerasa dan saya takut kayunya patah aja, soalnya terakhir ke Gili itu andong teman saya patah kayunya.  

Ada satu masjid besar di sini yang tersembunyi di antara meraungnya suara disko. Lagi dalam perbaikan pula dengan jemaah salat yang sedikit. Entah kenapa saya kok sedih ya, ini bukan suasana salat yang saya harapkan. Ya, lantunan azan redup terdengar karena musik-musik disko yang justru bersahutan.  

Perasaan tak enak ini saya tepis dengan berburu kuliner seafood yang pasti menggoda. Tapi lagi-lagi saya ngenes bukan kepalang sebab harga seafood di pasar malang bikin dompet tipis 50 ribu untuk sepotong cumi ukuran sedang. Saya pun makan sekedarnya saja, sementara teman saya malah memilih makanan warteg aduh... 

Perasaan tak enak saya makin lengkap saat kami hendak bersiap tidur. Suara berisik laki-laki yang nongkrong di sebelah kamar sambil mengobrol dan saya yakin sambil minum bir ini bener-bener ganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun