Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Demi Jadi Saksi Cinta Adam dan Hawa, Saya Rela Naik Turun Tebing

25 Januari 2019   19:13 Diperbarui: 25 Januari 2019   19:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehabis subuh kami sudah harus bersiap berangkat menziarahi bermacam-macam situs dan masjid yang jadi kebanggan umat Islam. Namun hampir satu jam nyatanya ini mobil belum jalan juga.

Sebabnya cuma satu, tour leadernya ilang. Lahhhh... aneh banget ya yang ilang justru tour leadernya. wkwkkw.. Si kakek tour leader tak juga muncul bersama dengan istrinya. Santer terdengar kalau dia ikutan ke raudah habis subuh dan belum kembali.

Karena emak-emak di mobil sudah semakin bising maka diputuskanlah si kakek itu ditinggal. Kami tidak khawatir karena dia toh sudah berkali-kali ke tanah suci dan tahu benar musti apa.

Kunjungan pertama kami adalah Masjid Quba. Masjid mungikl berwarna putih ini sudah penuh dengan peziarah. Konon, jika kita salat di masjid ini sama seperti menunaikan umrah. Maka berbondong-bondong orang solat di sini.

Kita pun tak mau ketinggalan, namun saya sebenarnya menyesalkan hal ini sih. Waktu turun saya digoda lelaki arab yang lalu lalang di sana. Padahal saya sudah sangat menutup aurat. Dasar gatel. Dia sibuk menyapa saya "Assalamualaikum" saya senyum kecut sembari berlalu dan saya pikir ternyata otak lelaki emang ga pernah bisa di kontrol ya.

Setelah menuaikan solat dua rakaat kami bergeser ke kebun kurma. Yah... saya kecewa setengah mati karena kebun kurma yang dimaksud adalah toko kurma. Berbeda dari pengalaman umrah mama, kita tidak diajak ke kebun kurma sebenarnya. Kecewa sih, tapi nikmatin aja karena bisa cicip sepuasnya bermacam kurma wkwkkw padahal belinya sedikit.

Dan jangan lupa kalau mau mencicipi sesuatu sebelum beli izin dulu "Halal?" nanti mereka mengizinkan. Biar ga disumpahin cui pasti makbul kalau kena disumpahin.

Dibandingkan kurma azwa sebenarnya saya lebih suka kurma tunisia yang lebih keras, kering dan mengkel.Saya enggak suka kurma yang lembek-lembek gitu soalnya lengket dan nempel di gigi hehehe. Kurma tunisia juga ga terlalu manis jadi pas banget buat saya. Biasanya kurma jenis ini ga murah dan ga premium juga. sedanglah.

Dari kebun kurma lanjut lagi ke jabal uhud. Sepanjang perjalanan, si mutayif kami menceritakan kalau di sini banyak darah tertumpah utamanya dari kalangan muslim. Hamzah, paman Nabi gugur. Sebenarnya kekalahan katanya akibat pasukan panah muslim ga disiplin. Disuruh stanby malah tergiur harta rampasan jadinya mati semua. Gitu katanya.

(dokpri)
(dokpri)
Hamzah pun tewas dengan cara mengenaskan. Sama seperti saya yang juga mengenaskan karena ga bisa masuk ke jabal Uhud karena rombonga buru-buru. Huuuuu.... jadi cuma foto di depannya. Meski sebal karena trip ini terburu-buru guna mengejar salat zuhur tetapi mata jelajah saya cukup terpuaskan dengan dereta gunung coklat yang memanjakan mata. Terkesan eksotis sekaligus misterius.

Di hari selanjutnya, trip dilanjutkan ke Jabal Ramhah dan Jabal Tsur. Di Jabal Rahmah, ibu-ibu jemaah yang baru turun dari bus sudah terkesima. Bukan dengan tugu yang ada di puncak Jabal tapi dengan baju ala Arab yang dijual di sana hahaha... karena harganya murah. Dasar yee emak-emak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun