Dalam ruang yang sempit tidak ada teman yang menemani pertengkaran jiwa yang menuntun ke dalam lautan kebingungan. Hati yang lari dalam ketidakpastian karena bimbang menjadi raja yang terus menghakimi nurani yang terkekang.
Penidasan yang begitu jelas didepan mata mengganggu hati Arya Suralaya yang sedang dalam pencarian jati diri, ingin tangan merangkul mereka dan membawanya kedalam ruang yang tenang tapi apa daya tubuh ini juga tak bisa berbuat apa-apa ketika diri terpasung oleh masalah yang melilit diri dalam ketidak berdayaan.
Kekuatan yang besar yang dimiliki Arya Suralaya justu menjadi beban karena ketidak mampuannya untuk menguasai pertengkaran dalam jiwanya. Rasanya ingin membantu orang-orang yang sedang terdzolimi tapi apa daya rasa takut justru lebih besar dan menerror  jiwanya. Karena sadar diri belum mamapuh mengendalikan kekuatannya.
- Arya Suralaya : Entah kenapa hatiku terasa sakit ketika melihat orang terdzolimin
- Lateri : Jangan sampai niat baik mu menjadi masalah baru karena ketidak mampuan dirimu mengendaliak kekuatanmu
- Arya Suralaya : Terus sampai kapan aku harus tersika melihat merika menderita
- Lateri : Sampai kamu mampu mengendalikan kemampuanmu
- Arya Suralaya : Iya dan itu kapan?
Akibat kerisis ekonomi membuat masyarakat semakin berutal dan tak lagi mempunyai rasa manusiawi ditambah lagi mencari pekerjaan yang susah kebutuh yang terus meningkat membuat masyarakat melakukan hal-hal yang menimbulkan kerugian bagi orang lain seperti, mencuri, merampas dan menindas bakan membunuh hanya karena sesuap nasi.
Arya Suralaya setiap melihat kejahatan dia akan merasakan matanya menjadi pedih dan terasa sakit dan ketika membantu korban matanya akan menjadi normal kembali bakan bisa melihat kecepan cahaya. Â
Tapi akibat tidak menuruti nasehat Lateri, Arya Suralaya hampir saja menjadi penyebab kematian Lateri karena tak bisa mengonterol emosinya yang membuat Lateri hampir saja  tertaberak oleh mobil.Â
Maka dari itu Arya Suralaya takut kejadian itu terulang dan menimpah orang lain. Sehingga dia terus tersiksa menahan perdebatan dalam jiwanya karena melihat ketidak adilan didepan matanya, Sampai dia  tak sadarkan diri tiang dirumahnya yang terbuat dari beton hancur karena dipukulinya.Â
Klik sebelum :Â Bawangman Superhero Lokal | Persahabatan | Part 4
Klik sesudah : Bawangman Superhero Lokal | Petani bawang merah | Part 6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H