Mohon tunggu...
Aditya Dimas Verdiangga
Aditya Dimas Verdiangga Mohon Tunggu... Penulis - Ahli bedah

Rahmatan Lil'alamin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Manisya gula menuju 1 shawwal 1440 AH

4 Juni 2019   17:05 Diperbarui: 4 Juni 2019   21:02 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bahagia dan sempat sadar dan aku hanya seonggok daging yang tak berguna untukmu.

Aku tau aku bukan serdadu perang yang kalah atau menang meninggalkan luka.

Aku hanya ingin menyembuhkan segala luka yang tak terlihat membuatku tak melakukan apa-apa.

Aku memang bodoh aku memang tak tau diri mendekati mu dengan keadaan terburuku bertentangan karena aku tau kamu tak suka sesuatu yang menipu.

Aku datang apa adanya kamu mencampakanku bagaikan debu tepung ikan laut perairan laut dalam, di lidah anjing bermata satu yang pincang dan korengan di temani lalat hijau yang berterbangan.

Kau bandingkan aku dengan ke hebatan ketampanan dan ke piawaian seorang lelaki kau anggap saudara, sahabat, temanmu, kekasihmu apapun itu.

Aku tak ingin melukaimu atau bahkan memyusahkanmu namun segala harap aku ingin sembuh dari lukaku, tak terasa luka ku semakin parah karena pengabaianmu akan diriku.

Hanya kepentingan mu,hannya ke egoisan mu yang liar rakus tak terkendali menyalahkan ku dengan keadaan ku terluka ini, kau memang pintar keilmuan dan pengalaman dalam mendeteksi penyakitku namun kamu tidak mau mengobati lukaku.

Aku orang miskin aku orang tak memiliki tujuan,tak memiliki cita-cita, bahkan aku tak tau aku kemana surga atau neraka aku tak peduli, selagi hallal aku makan dan haram aku tinggalkan.

Namun kamu pergi meninggalkanku dengan segala data dan informasi kejelekanku yang kurang bermutu,yang berdasar keilmuanmu mendeteksiku.

Kau katakan berulang ulang tentang iman dan iman namun kamu lupa nafsumu selalu dominan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun