Mohon tunggu...
Bang Taqiem
Bang Taqiem Mohon Tunggu... Guru - Guru PNS, Pembina pramuka, Desain Grafis, Video maker, Inisiator timdelapan.

Belajarlah dari rindu, terus bertumbuh menjadi baru, tapi tak pernah menjadi lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Joni, Jokowi dan Renungan Nasionalisme Kita

20 Agustus 2018   21:38 Diperbarui: 22 Agustus 2018   20:07 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama lengkapnya Johannes Adekalla, siswa kelas VII SMP 1 Silawan Atambua NTT ini menyita perhatian warganet pada perayaan kemerdekaan RI ke 73 tahun, jumat kemarin. Aksi Joni yang tiba-tiba merangsek keluar dari barisan lalu memanjati tiang bendera karena talinya putus dan ujung lainnya menggantung di tiang bendera mungkin akan menjadi aksi yang sangat heroik di tahun ini untuk ukuran seusia Joni. Walaupun sempat dilarang dan disuruh untuk turun, Joni tetap memanjat di tiang 20 meter itu. Joni berhasil menyelamatkan kewibawaan upacara yang berlangsung, pun juga telah menyelamatkan wajah para pejabat yang hadir saat itu. 

Joni, anak yang lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, sekilas tak ada yang istimewa sebelum ia akhirnya populer dan diundang sana sini.tapi aksi heroiknya tidak lahir begitu saja. Diketahui orangtua Joni merupakan warga eks timor-timur. Mereka menjadi pengungsi asal timor leste saat konflik berkecamuk lalu memilih NKRI saat itu karena kecintaannya pada tanah air dan akhirnya menetap di Atambua, sebuah daerah perbatasan RI-Timorleste. 

Disanalah Joni lahir, dan dari kecintaan orangtuanya terhadap tanah air jiwa nasionalisme anak ini tumbuh. Joni tumbuh dalam keluarga yang serba kekurangan, tak jarang ia harus terlibat membantu orangtuanya seepulang dari sekolah mencari asam lalu hasilnya diserahkan ke orangtua. Rupanya pohon asam yang tinggi menjadi tempat berlatih Joni memupuk keberaniannya setiap hari. 

Cerita heroik Joni adalah renungan nasionalisme dari perbatasan RI-Timorleste. tapi ada satu persitiwa lain yang tidak kalah heroiknya, waktunya cukup berdekatan. Sebuah (meminjam istilah Mas Pandji) aksi Presiden Jokowi dalam Mission; Imposible, I cant be late for the ceremony. Aksi memukau sang presiden di video teaser opening ceremony Asian Games 2018 sabtu malam lalu menyihir para penonton di GBK dan warga net. 

Video teaser yang luar biasa ini memperlihatkan Jokowi mulai dari menaiki motor kemudian membelah kemacetan Jakarta dan melewati gang sempit sebelum akhirnya masuk ke arena GBK dengan motor besarnya. Tentu saja tampilan yang luar biasa tersebut membuah penonton di GBK heboh dan merinding. walaupun pada akhirnya beredar kabar Presiden Jokowi menggunakan stuntman dalam beberapa aksi di video tersebut. 

Terlepas dari polemik stuntman tersebut hingga viral dibanyak media bahkan dicaci oposisi dan dibela koalisi, video teaser tersebut benar-benar me-entertaining masyarakat indonesia, khususnya kalangan milenial. ini tidak kali pertama Presiden Jokowi beraksi nyentrik ala milenial seperti itu, Maret lalu Jokowi mengadakan touring sekaligus kunjungan kerja menggunakan Moge bergaya Chopper di Sukabumi Jawa Barat. 

Tidak jarang juga kita menyaksikan Presiden Jokowi ngevlog di kegiatan dan acara tertentu, pakai sneakers hingga menyenangi nonton konser rock. Simbol-simbol milenial yang dinarasikan Presiden Jokowi dalam aktivitasnya sebenarnya adalah pesan bahwa ia sangat memahami isu milenial sejak lama. Generasi Y (sebutan bagi generasi milenial) menurutnya, akan mempengaruhi politik dan ekonomi Indonesia 4 hingga 10 tahun kedepan. 

Joni dan Presiden Jokowi lahir dan hidup dizaman yang berbeda, Joni lahir di era milenial lalu tumbuh di daerah perbatasan, tapi semangat nasionalismenya sangat jelas terlihat ketika menyelamatkan sang saka merah putih untuk tetap berkibar. Presiden Jokowi lahir dan tumbuh jauh sebelum era milenial ini lahir. tapi ia sangat paham bagaimana membangkitkan nasionalisme generasi milenial saat ini. 

Nasionalisme Joni mengingatkan saya pada aksi heroik Hariyono dan Kusno Wibowo yang naik ke menara sebuah gedung lalu berhasil merobek kain biru pada bendera Hindia Belanda di Hotel Yamato Surabaya November 1945 silam. Joni dan aksi heroiknya memberi pesan bahwa semilenial dan sekeren apapun kita, tetaplah rawat semangat nasionalisme kita dalam aksi-aksi sederhana tapi berdampak luar biasa untuk bangsa. Pun Jokowi sebagai presiden kita juga memberi banyak pesan bahwa semangat nasionalisme harus sejalan dengan semangat membawa perubahan. 

Aksi Joni kemarin mengingatkan saya satu kalimat dari sebuah buku yang berjudul "Serial Kepahlawanan". isinya begini:

"Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar dengan hasil yang luar biasa, lalu berusaha memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekelilingnya"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun