Mohon tunggu...
Must Itjand
Must Itjand Mohon Tunggu... -

civil servants yang mencoba menggores pena

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surabaya – Jakarta, Malam

28 Desember 2010   01:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:19 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mendung bergelanyut menghantar waktu magrib, sayub-sayub terdengar suara azan membuat aku segera bergegas ke mushola dipojokan station Pasar Turi. Kulirik jam masih menunjukan pukul  enam kurang lima belas menit  petang,  masih ada waktu untuk   menghadap ke hadiratNya  guna  melaksanakan kewajiban sebagai muslim.

Petang itu  gerimis hujan masih menghiasi kota Surabaya, dan beberapa genangan air  menghiasi jalan depan mushola  station Pasar Turi. Dengan sedikit  berteduh menghindar dari hembusan  gerimis hujan aku segera mengambil  tas dan mengenakan sepatu yang tadi aku titipkan.  Tak seberapa lama  alunan lagu tembang-tembang kenangan dari organ tunggal di teras station menemani  aku melangkah pelan ke gerbong kereta api yang akan segera berangkat   tepat pukul  setengah tujuh malam dengan tujuan  Jakarta.

Beberapa orang asyik dengan barang bawaannya, ada yang membawa tas koper cukup besar, ada juga yang hanya membawa  kotak-kotak kardus yang dibungkus dan diikat dengan rapi,  dan ada pula yang membawa  kantong besar. Semua orang itu hilir mudik  untuk segera memasuki gerbong kereta api yang dipintunya telah berdiri  dengan ramah  pramugari/pramugara kereta api. Aku juga tidak ingin ketinggalan,  segera aku menuju gerbong nomor 3 tempat kursi dimana tertera di karcis kereta,  saat hendak menginjakkan kaki di pintu gerbong tiba-tiba ada  wanita dengan rambut semampai tersenyum menoleh padaku , aku baru menyadari  kalau aku hampir menghimpit dia dan anaknya saat memasuki pintu, spontan segera aku bilang “maaf, silahkan  mbak”, “makasih mas..” katanya.

Aku perhatikan wanita itu , wajahnya  manis  dengan  kulit putih tubuhnya, rambutnya hitam terurai sebahu menambah menarik untuk lama dipandang.   Balutan pakean  dengan sedikit dada terbuka  sangat serasi dengan  celana jeans ketat menunjukkan ramping lekuk tubuhnya. Wanita itu dengan sigap masuk gerbong  3  sambil menggendong  buah hatinya  yang asyik memainkan minuman botol yang digenggamnya,  seorang porter dengan  memanggul  koper  cukup besar ikut dibelakangnya.

Dingin AC gerbong kereta api executive sby-jkt menembus  balutan jaket yang aku kenakan,  iringan music instrumentalia mengalun merdu sayup perlahan terdengar  menemani aku melangkah  mencari  kursi nomor 3C, dan saat mendekat tak kusangka kursi kosong disebelah wanita cantik yang bertemu di pintu gerbong kereta  adalah nomor kursi yang tertera di tiket yang kugenggam. Dengan sedikit basa-basi aku letakkan tas ku di bagasi di atas tempat duduk dan kemudian  dengan melepas senyum kecil aku duduk persis disebelahnya.

Perlahan  waktu telah menunjukkan pukul 7 malam,  kereta telah melaju meninggalkan kota Surabaya menembus gelapnya malam, udara dingin  hembusan AC masih menyelimuti ruangan yang memperdengarkan alunan musik-musik instrumentalia. Gerbong bergerak kadang kala sedikit oleng ke kiri dan kadang kala kekanan ,dihiasi  suara gesekan  roda kereta  membuat bunyi  laju kereta api  terdengar  bersahutan. Kulirik wanita itu asyik bercanda dengan balita  yang cantik dan lucu, jaket tebal berbulu membalut tubuh mungil  balita itu. "Wajah anak itu cantik secantik ibunya" gumanku dalam hati.

Malam makin larut, kereta terus melaju menembus kabut malam sepanjang  jalur pantura, kota demi kota telah dilewati kadang kereta  berhenti, kadang melaju dengan kencangnya. Gerbong terasa bergoyang kadang pelan kadang juga kencang. Kulirik jam menunjukkan pukul 1 malam, terlihat banyak para penumpang terlelap dengan selimut menutupi tubuhnya. Redup lampu  gerbong membuat lelap penumpang makin terlenakan.

Tiba-tiba sentuhan lembut dipundakku diiringi  suara sedikit berbisik mengejutkanku “ Mas…., mas tolong  aku ya..?” dan aku menoleh ke wanita disebelahku. “Ya….., kenapa ?“ kataku tidak kalah pelannya.

“Bukain baju  dong..” katanya pelan nyaris tidak terdengar.

Dengan sedikit menoleh kesamping dan kebelakang,  aku lihat para penumpang lelap tidurnya, gerbong terus  bergoyang namun suasana sangat sepi hanya terdengar suara gesekan roda kereta bersahutan. Akupun  mencoba menuruti kemauannya, kubuka bajunya pelan dan kulihat dia tersenyum  manja.

“Mas…., sekalian yang ini “ katanya sambil menunjukkan pakean dalam warnah putih berhias bunga-bunga  warna jingga.

“Ba..ba.., baiklah “ kataku,  dengan sedikit memberanikan diri aku mencoba lebih mendekat. Tercium  harum  parfum nan lembut sedikit menggoda naluri laki-lakiku.  Perlahan aku membuka pakean dalamnya,  kancing demi kancing aku lepas pelan dan pelan, terlihat kulit mulus  tanpa cacat, saat aku  memberanikan diri menyentuhnya  kulit itu terasa hangat dan lembut,  "Kulit  putih tanpa dosa " gumanku dalam hati.  Dan wanita itu hanya diam.

“Terima  kasih  ya mas” katanya pelan sambil tersenyum, dan tangannya dengan sigap mengenakan  pakean  untuk  anaknya  yang sedang  lelap tidurnya.

“Sepertinya dia masuk angin” kataku pelan sambil menyerahkan baju balita yang  cukup basah.

“Mungkin mas…. Tadi  dia   tiba-tiba  batuk dan muntah, untung hanya membasahi bajunya, dan mas hebat membuka bajunya tanpa dia terbangun ”  katanya  tersenyum  sambil  merapikan baju anaknya.

Kereta terus melaju menembus dinginnya  malam, menyusuri rel melewati batas-batas kota. Waktu terus  beranjak, kulirik jarum jam hampir mendekati pukul 2 pagi, dan perlahan mataku diam terpejam menemani mimpi dalam dinginnya malam.

23 Desember  2010

must itjand

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun