Oleh: Syamsul Yakin dan Mustika Pertiwi (Dosen dan Mahasiswa UIN Jakarta)
Di dalam ilmu dakwah dan ilmu retorika terdapat adab. Ilmu dakwah dan ilmu retorika harus dikembangkan berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Maksudnya, ilmu dakwah dan ilmu retorika harus tetap mempertimbangkan kebenaran yang ada. Ilmu dakwah dan ilmu retorika harus bersumber dari ajaran agama maupun budaya yang ada.
Seperti yang kita ketahui, retorika dakwah bukan hanya ilmu berdakwah secara efektif maupun efisien, menarik maupun atraktif. Tetapi dalam retorika dakwah juga tercantum aturan mengenai kesopanan, keramahan, dan budi pekerti yang baik.
Pada titik tertinggi retorika sebagai suatu ilmu perlu adanya ikatan yang diikat oleh suatu hal yang bernama adab.
Bahkan tidak hanya retorika, budaya, seni, ilmu pengetahuan pun harus dipadukan dengan adab.
Sama halnya dengan dakwah, yang berawal dari ajaran agama kemudian semakin lama semakin berkembang menjadi ilmu dakwah yang tentunya harus tetap diiringi oleh adab. Dalam berdakwah, seorang da'i harus memiliki kesopanan, keramahan, dan budi pekerti yang melekat pada dirinya.
Dengan memadukan antara ilmu adab dan ilmu dakwah dalam beretorika dapat menghantarkan seorang da'i atau penceramah menjadi lebih profesional. Profesional bukan berarti terkenal, tetapi profesional dalam hal ini yaitu memiliki adab dan ilmu dalam berdakwah dan beretorika.
Perlu digaris bawahi, seorang da'i bisa bekerja sebagai apapun tanpa meninggalkan aspek profesionalisme. Karena konteks profesionalisme seorang da'i yaitu menghayati dengan sepenuh hati yang ia katakan dan mengamalkannya dalam kehidupan berdasarkan adab serta ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H