Sebelum menjadi Kelompok Kriminal Bersenjata, gerakan ini dikenal sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dilansir dari Kompas.com, OPM berdiri sejak tahun 1965. Sejak saat itu mereka ingin melepaskan diri dari Indonesia.Â
 Banyak cara yang dilakukan OPM untuk memperjuangkan keinginannya mulai dari menyuarakan referendum hingga melakukan gerakan kriminal yang memakan korban jiwa.
Pemerintah tentu tidak tinggal diam. Demi keamanan dan persatuan negara, pemerintah membentuk otonomi khusus bagi Papua dengan memberikan anggaran yang cukup besar. Namun sayangnya anggaran tersebut tidak sampai ke tangan masyarakat luas, melainkan disalahgunakan oleh golongan elit.Â
Hal tersebut kemudian menjadi pemicu masifnya perlawanan OPM dengan melakukan berbagai tindak kejahatan. Oleh karena itu, aparat menamai OPM menjadi Kelompok Kriminal Bersenjata.
Strategi dan kelengkapan senjata KKB membuat pergerakannya menimbulkan banyak korban jiwa. Dilansir dari laman kompas.com terdapat daftar kejahatan KKB Papua yang dimulai sejak 16 Februari 2021 di kawasan Boega, Kecamatan Puncak, Â Papua. Kawasan ini menjadi salah satu kawasan yang rawan gangguan KKB Papua.Â
Pada 16 Februari 2021 terjadi penganiayaan menggunakan parang pada leher korban berinisial DP. Kemudian pada 8 April 2021 terjadi penembakan yang menewaskan seorang guru (OR) yang disusul pembakaran rumah korban tersebut. 9 April 2021 kembali terjadi penembakan yang menewaskan seorang guru berinisial JR. 11 April 2021 terjadi kebakaran SMA negeri 1 Boega.Â
2 hari setelahnya terjadi pembakaran rumah kepala SMP negeri 1 Junaedi Sulele dan pembakaran kantor PT bumi infrastruktur. Pada 17 April 2021 kembali terjadi pembakaran di dua tempat. Pada 25 April 2021 terjadi penembakan yang menewaskan kabinet Papua Brigjen TNI Gusti putu Danny Nugraha Karya.Â
Kemudian yang beberapa saat lalu sempat ramai, yaitu pembantaian 8 orang pekerja perbaikan tower BTS 3 Telkomsel pada 2 Maret 2022.Â
Hingga update terakhir, penembakan sopir truk yang baru ditemukan 22 jam Setelah kasus penembakan oleh KKB yaitu pada tanggal 12 Mei 2022. Dari banyaknya kasus tersebut, tentu kita sadar bahwa secepatnya harus dilakukan pergerakan untuk menangani gerakan separatis ini agar tidak menimbulkan lebih banyak korban jiwaÂ
Dari tahun ke tahun kasus disintegrasi selalu terjadi dan hal ini tidak dapat dihindari. Sebagai penulis saya hanya berharap agar pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk mengurangi tindakan separatis atau dampak dari tindakan separatis yang ada. Pemerintah dapat lebih memperketat keamanannya.Â
Masyarakat dapat memperkuat rasa nasionalismenya. Seperti yang dikatakan pada kasus sebelumnya bahwa beberapa waktu lalu terjadi gerakan separatis dan harus disyukuri bahwa satu-satunya saksi dalam kejadian tersebut dapat selamat. Meskipun demikian, sudah sepatutnya kita mencegah terjadinya perpecahan.Â