Mohon tunggu...
Moh. Musthofa
Moh. Musthofa Mohon Tunggu... Editor - Professional Worker

Cinta Kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Langkah Sarjana Muda Asal Desa #KompasianaDESA

1 Februari 2025   17:46 Diperbarui: 1 Februari 2025   17:46 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Ilustrasi Meta AI

Adit menatap desa yang ia tinggalkan empat tahun lalu, kini kembali setelah lulus kuliah dari sebuah universitas di kota besar. Desanya, di Kabupaten Kotabaru, masih seperti yang ia ingat: tenang, penuh dengan sawah hijau dan perahu nelayan yang menderu di laut. Namun, ia merasa ada yang kurang, sesuatu yang bisa membawanya lebih maju.

Sejak kecil, Adit sudah melihat betapa potensialnya desa mereka. Desa ini terkenal dengan pantai yang indah dan hasil laut yang melimpah. Makanan olahan berbahan baku dari ikan, cumi dan udang juga menjadi produk unggulan. Namun, semuanya terasa terbatas. Warga lebih banyak mengandalkan cara tradisional dalam memasarkan hasil mereka, sementara wisatawan yang datang pun tidak begitu banyak tahu tentang potensi desa.

Dengan semangat dan pengetahuan teknologi yang ia peroleh selama kuliah, Adit merasa memiliki solusi untuk semua itu. "Aplikasi pemasaran produk dan sistem keuangan digital untuk BUM Desa," pikirnya. Ini adalah ide besar yang akan membawa perubahan.

Namun, ketika Adit mendengar tentang lowongan Pendamping Desa, sebuah peran yang ditawarkan oleh pemerintah untuk membantu pembangunan desa, ia merasa ini adalah kesempatan yang sempurna untuk mewujudkan visinya. Tanpa ragu, ia melamar dan diterima. Sekarang, ia tidak hanya menjadi pemuda desa yang penuh ide, tetapi juga bagian dari tim yang berperan langsung dalam pembangunan desa.

Setelah resmi bergabung, Adit mulai bekerja sama dengan perangkat desa dan kepala desa, Pak Amin. "Aplikasi? Di sini, internet saja masih lambat, Adit. Bagaimana mungkin warga bisa pakai itu?" kata Pak Amin.

"Betul, Adit. Kami lebih nyaman dengan cara lama. Ikan dijual di pasar, makanan olahan dijajakan di warung. Ini sudah cukup," tambah Pak Dayat, salah satu tokoh masyarakat yang cukup berpengaruh di desa.

Adit terkejut mendengar penolakan itu. Ia tahu bahwa perubahan tidak akan mudah, tetapi ia tidak menyangka bahwa reaksi ini begitu kuat. Warga desa yang lain juga tak jauh berbeda. Beberapa dari mereka bahkan menganggap ide itu mengancam cara hidup mereka yang sudah mapan.

Hari-hari berikutnya, Adit merasa semakin frustasi. Ia telah kembali dengan niat mulia, namun banyak orang yang menutup diri terhadap teknologi yang ingin ia perkenalkan. Namun, Adit bukan tipe orang yang mudah menyerah. Ia menyadari bahwa untuk membawa perubahan di desa, ia harus lebih realistis dan sabar.

Adit memutuskan untuk lebih mendekati anak-anak muda desa yang lebih terbuka dengan teknologi. Ia mulai mengadakan pelatihan sederhana tentang cara menggunakan media sosial untuk memasarkan produk lokal. Dengan perannya sebagai Pendamping Desa, Adit mendapat dukungan untuk mengadakan pelatihan tersebut di balai desa, bekerja sama dengan pemuda setempat yang tertarik untuk belajar.

Langkah pertama ini tidak langsung mengubah segalanya. Beberapa warga masih skeptis, dan banyak yang merasa lebih nyaman dengan cara lama. Namun, ada beberapa pemuda desa yang tertarik untuk membantu Adit. Mereka melihat potensi besar dalam usaha ini dan mulai ikut mempromosikan produk-produk lokal di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun