Mohon tunggu...
Moh. Musthofa
Moh. Musthofa Mohon Tunggu... Editor - Professional Worker

Cinta Kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tertawan Mimpi Di Ujung Malam #KompasianaDESA

31 Januari 2025   05:34 Diperbarui: 31 Januari 2025   05:34 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Ilustrasi Meta AI

Hujan turun deras di atas kota yang tengah terlelap dalam malam. Namun, di sebuah gedung tua di pinggiran kota, segelintir orang masih terjaga. Mereka duduk melingkar di sebuah meja panjang dengan wajah cemas, membahas strategi mereka untuk tetap bertahan. Rokok yang menyala di tangan beberapa dari mereka tak mampu meredakan kegelisahan yang merayap di dada. Sebuah berita yang selama ini mereka anggap sebagai isapan jempol akhirnya menjadi kenyataan, dan itu hanya masalah waktu sebelum segalanya runtuh.

Sementara di sudut kota yang remang-remang, ada sejumlah desa yang selama ini terbelenggu oleh aturan-aturan yang menghambat perkembangan, tetapi kini mereka memiliki harapan untuk melangkah menuju masa depan yang cerah tanpa hambatan birokrasi lokal.

Sayup-sayup terdengar suara seorang pemuda desa melantunkan penggalan sajak:
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana

***

Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana

Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana

"Wuih..., dalam banget puisimu Don!" ucap pemuda lain bernama Amat, yang sedang duduk sambil menyeruput kopi di warung Mbok Jumi.

"Yaelah, Mat...Mat, ini puisinya Gus Mus," sahut Doni sambil menepuk pundak sebelah kanan Amat.

"Masa Don, Gus Mus siapa? dan apa judulnya?" tanya Amat penasaran.

Doni menghela nafas lalu menepuk dahinya sendiri, "Gus Mustofa Bisri, judulnya: Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana." jawabnya memberi penjelasan kepada Amat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun