Mohon tunggu...
Moh. Musthofa
Moh. Musthofa Mohon Tunggu... Editor - Professional Worker

Cinta Kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecemasan Timbul, Bahkan Sejak dari Rintik Hujan #KompasianaDESA

15 Januari 2025   00:54 Diperbarui: 15 Januari 2025   00:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Mitigasi Komperehensif Bencana Banjir - ITS News 

Teringat hasil percakapan dengan mamaku tadi pagi melalui telepon genggam "nak, mama dan seluruh warga di sini kebanjiran tadi malam, air masuk ke dalam rumah sudah sampai selutut" ucap mama dengan nada sedih.

Rupanya dugaanku tepat bahwa di Purwosari, sebuah wilayah yang menjadi bagian dari Desa Semayap, tempat mamaku tinggal termasuk wilayah rawan banjir terutama saat air laut pasang bersamaan dengan hujar deras tidak dapat dihindari pasti akan terjadi banjir. Kondisi semacam ini sudah lama terjadi namun upaya yang dilakukan oleh banyak pihak tidak kunjung membuahkan hasil, termasuk normalisasi sungai meskipun tidak menyeluruh karena masih terdapat warga yang bermukim di pantaran bahkan di atas sungai.   

Saat memutar kembali rekaman video Peringatan Hari Desa -- Festival Bangun Desa Bangun Indonesia di salah satu platform ternama, seketika rasa cemas mulai muncul karena malam ini hujan turun lagi seirama dengan gelegar petir yang sesekali menyambar, meski tidak sederas tadi malam tapi tetap saja khawatir, semoga hujan segera reda agar tidak terulang banjir yang kedua kalinya.

Tidak berselang lama, nada dering ponsel berbunyi, rupanya ada salah satu Tenaga Pendamping Profesional membagikan pesan berupa sebuah file PDF yang berisi Keputusan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 3 Tahun 2025 tentang Panduan Penggunaan Dana Desa Untuk Ketahanan Pangan Dalam Mendukung Swasembada Pangan, rupanya ini yang dimaksud oleh Pak Menteri Desa mengenai "juklas" dan "juknis" ketahanan pangan dikelola oleh BUM Desa saat sosialiasi melalui video zoom meeting kemarin.

Dengan rasa penasaran, saya pelan-pelan membaca hingga akhir dan sampai pada sebuah kesimpulan bahwa barang ini tidak terlalu istimewa jika dihadapkan pada apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Desa di Kabupaten Kotabaru, pasalnya pada tahun 2024 program ketahanan pangan telah dilaksanakan melalui analisa kelayakan usaha atau biasa disebut proyeksi keuntungan di tempat kami hanya saja yang sedikit berbeda adalah penegasan agar pelaksanaan ketahanan pangan dilakukan oleh unit usaha BUM Desa bagi Desa yang meiliki BUM Desa, sedangkan bagi yang tidak memiliki BUM Desa maka pelaksana program dilakukan oleh lembaga ekonomi masyarakat lainnya di Desa seperti koperasi dengan cara kerjasama antara Pemerintah Desa dengan Lembaga ekonomi tersebut, dan dengan cara membentuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Ketahanan Pangan Desa sebagai embrio pembentukan BUM Desa bagi Desa yang belum memilik BUM Desa dan tidak ditemukan Lembaga ekonomi lainnya di Desa.

Malam mulai larut, cuaca semakin dingin dan rintikan air hujan tak kunjung reda membuat irama kecemasan di atas atap genteng. Tanpa beranjak dari tempat duduk, pelan-pelan kugapai selimut demi menghangatkan kaki yang mulai memucat.

Pernah pada tahun 2022, ada salah satu Desa, yaitu desa tempat mamaku tinggal pernah melaksanakan program ketahanan pangan yang dikelola oleh BUM Desa, dengan unit usaha budidaya perikanan air tawar sebanyak dua sampai tiga kolam dengan spesies ikan nila dan ikan lele, kolam dibuat di atas tanah milik yayasan pesantren setelah mendapatkan persetujuan dari ketua yayasan berdasarkan kerjasama antara ketua yayasan dengan BUM Desa, tentu sudah melalui perencanaan yang matang termasuk pemilihan tempat yang terletak dipinggir aliran Sungai dengan tujuan agar mudah mendapatkan aliran air ke kolam ikan demikian juga dengan sirkulasinya. Menjelang panen, tiba-tiba awan menjadi gelap, hujan mengguyur semua wilayah di Kotabaru hingga terjadi banjir besar, termasuk purwosari tempat mamaku tinggal. Keesokan harinya, ketika kepala unit usaha budidaya perikanan hendak panen, ikan larut terbawa derasnya air sungai akibat banjir besar kemarin siang, yang tersisa hanyalah sejumlah ikan lele, tentu saja lepas dari ekspektasi BUM Desa. Tidak hanya itu, BUM Desa juga cukup kesulitan dalah hal pemasaran dan penjualan hasil panen ikan lele yang tak seberapa itu.

Berkaca pada studi kasus pengalaman ini, maka mitigasi pelaksanaan ketahanan pangan sangat penting dimulai dari pra-kondisi, produksi, dan sampai pasca produksi sesuai dengan panduan yang telah dirilis oleh Kementerian Desa. Apalagi kegiatan ketahanan pangan Desa adalah bagian dari upaya swasembada pangan nasional untuk mendukung berhasilnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan segera dimulai pada tahun 2025 ini, yang tentunya dapat mempermudah BUM Desa dalam melakukan pemasaran hasil program ketahanan pangan baik penjualan secara langsung kepada konsumen atau akses dapur umum program MBG, dan BUM Desa dapat menjual ke pasar yang lebih luas (offtaker).

Bunyi irama rintik hujan perlahan menjadi sunyi, digantikan alunan suara kodok bernyanyi sebagai pertanda bahwa hujan telah berlalu. Sesekali gonggongan anjing menyadarkanku bahwa waktu memasuki dini hari, begitu juga dengan siulan burung perkutut di dapur rumah seolah memberi isyarat bahwa malam ini tidak akan terjadi banjir lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun