Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Bias Pola Pikir dalam Keputusan Investasi Bodong Binary Option

19 Maret 2022   11:47 Diperbarui: 19 Maret 2022   16:50 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bias pola pikir dalam investasi.| Gambar oleh Arek Socha dari Pixabay 

# Trading di binary option sepertinya menjanjikan, buktinya ada yang berhasil jadi jutawan

Pernahkan Anda berpikir hal seperti itu? Atau bahkan pernah mencobanya? Jika belum, pernahkah Anda mendengar pernyataan di bawah ini?

# Kuliah tidak sepenting itu kog, buktinya Bill Gates drop out dan dia bisa jadi pengusaha sukses

Prediksi saya, Anda sudah pernah mendengarnya. Mungkin dengan beberapa versi yang berbeda. Kalimat tersebut seringkali disampaikan pada seminar-seminar terkait entrepreneurship. Bahkan di tahun 2011, Peter Theil melaunching program dengan hadiah senilai 100.000 USD bagi pengusaha muda yang mau drop out dari sekolahnya.

Pertanyaan selanjutnya adalah, pernahkan Anda menjumpai seminar dimana pembicaranya adalah seorang pengusaha gagal dan kemudian terjerat hutang? atau pernahkah Anda menjumpai buku biografi seorang pembalap MotoGP yang selama karirnya tidak pernah naik podium?

Secara naluriah, manusia cenderung untuk menyukai keberhasilan dibanding kegagalan. Cerita tentang kegagalan tidak menarik jika dibandingkan dengan kisah sukses. Itulah kenapa jarang sekali cerita kegagalan diekspose dan dibagikan.

Padahal, ketika kita terus mengonsumsi kisah-kisah sukses, kita cenderung lupa akan hukum probabilitas. Bahwa dalam setiap keberhasilan ada berkali-kali lipat jumlah kegagalan yang terjadi.

Contohnya pada fenomena Bill Gates. Pernahkah Anda hitung, berapa banyak mahasiswa drop out yang kemudian sukses seperti Bill Gates?

Terdapat studi yang menarik berkaitan dengan hal tersebut. Pada tahun 2018, employment rate atau tingkat kebekerjaan untuk graduates atau lulusan universitas di Inggris adalah 88%, sedangkan untuk non-graduate adalah sebesar 72%.

Median gaji tahunan untuk graduate sebesar 43.000 USD atau 654 juta rupiah. Sedangkan untuk non-graduate memiliki median sebesar 30.000 USD atau 450 juta rupiah.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata lulusan universitas lebih baik dibanding rekan sejawatnya yang tidak memiliki ijazah perguruan tinggi.

Hal yang sama dapat ditemui pada fenomena merokok. Pernahkah Anda mendengar klaim seperti ini:

# Saya punya kenalan, dia sudah belasan tahun merokok dan sampe sekarang sehat-sehat aja tuh.

Jika digambarkan dalam bentuk kurva distribusi normal, Bill Gates dan para perokok yang survive adalah anomali. Mereka ada di bagian ujung kurva.

Fenomena bias pola pikir ini dikenal dengan istilah survivorship bias. Yakni, kecenderungan untuk fokus hanya kepada pemenang atau survivor dan lupa bahwa dengan karakteristik yang sama, banyak juga yang mengalami kegagalan.

Fenomena populer yang menggambarkan hal ini terjadi pada perang dunia kedua. Abraham Wald, seorang ahli statistik dari Columbia University diminta oleh militer Amerika untuk menemukan cara yang lebih baik untuk melindungi pesawat tempur dari kerusakan.

Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengamati pesawat-pesawat tempur yang kembali dari medan perang. Mencatat bagian apa saja yang tertembak paling parah, dan kemudian memperkuatnya.

Namun, Wald menyadari ada suatu hal yang hilang: pesawat-pesawat yang tertembak namun tidak bisa kembali ke pangkalan. Pesawat yang tertembak dan tidak selamat memiliki informasi yang jauh lebih bernilai untuk menentukan bagian pesawat mana yang harus diperkuat.

Banyak hal yang dapat diambil sebagai pelajaran dari orang-orang yang sukses atau para survivor. Namun, lebih banyak lagi pelajaran yang bisa diambil dari mereka yang gagal.

Sebuah kesalahan untuk mencoba mendapatkan hasil yang sama seperti halnya para pemenang (survivor) hanya dengan melakukan hal yang sama seperti mereka.

Bagaimana cara agar terhindar dari survivorship bias?

Jangan hanya melihat dari apa yang bisa Anda lihat. Pertimbangkan semuanya, terutama mereka yang gagal atau tidak survive. Banyak yang berusaha melakukan hal yang sama namun tidak berhasil atau gagal.

Tidak jarang, kita mengkorelasikan suatu hal hanya dari permukaannya saja. Bahkan menjadikannya sebagai bukti bahwa hal yang sebenarnya tidak mungkin (impossible) adalah mungkin (possible).

Contohnya adalah jangan menganggap bahwa menjadi pengusaha sukses dapat dilakukan meskipun drop out dari kuliah, hanya dengan melihat Bill Gates saja.

Ketahuilah, Bill Gates sukses bukan karena dia drop out. Banyak faktor lainnya yang mungkin belum kita tahu. Kecerdasan, latar belakang keluarga, koneksi, berada di waktu dan tempat yang tepat, atau hanya beruntung saja. Siapa yang tahu?

Seseorang yang berasal dari keluarga kaya, punya koneksi yang valuable, memulai bisnis di waktu dan tempat yang tepat, meskipun dia drop out dari kuliah pun, kemungkinan keberhasilannya tetap tinggi.

Fenomena Survivorship bias pada investasi bodong binary option

Apakah Anda salah satu orang yang sempat tertarik untuk mencoba trading binary option? Menurut pendapat saya pribadi, hal itu wajar saja. Siapa yang tidak tertarik dengan berbagai konten "wah" yang dibuat para afiliator situs binary option bodong tersebut?

Di dalam berbagai kontennya, para afiliator tersebut menggunakan dua metode. Pertama, mempertontonkan kemudahan mendapatkan uang hingga miliaran rupiah dari aktivitas trading. Bahkan turut membuat website khusus yang menyediakan video tutorial pelatihan cara trading.

Kedua, melakukan flexing alias pamer kekayaan hasil trading. Hal ini dimaksudkan agar dapat meyakinkan para member potensial untuk ikut bergabung dalam situs tradingnya. Yang menarik flexing ini tidak hanya dilakukan dengan membeli mobil mewah, properti mewah misalnya, tapi juga dengan sedekah.

Sedekah yang dipertontonkan lewat YouTube ini terbilang sukses. Channel milik salah satu afilitor yang kini jadi tersangka ini melejit. Jumlah subscribernya tumbuh hingga 45 kali lipat saat konten-konten sedekah mulai dijalankan.

Cerdasnya, akun sedekah tersebut di link kan dengan akun lain yang berfokus pada kursus trading, yang mengajak penontonnya untuk bisa menjadi sultan seperti dirinya. Subscibernya pun mencapai jutaan orang. Meskipun saat ini channelnya sudah tidak lagi bisa diakses.

Secara kognitif, manusia cenderung untuk fokus kepada orang-orang yang sukses dan mengesampingkan kegagalan.

Hal inilah yang kemudian digunakan oleh para afiliator dan pemilik aplikasi bodong binary option. Mereka gencar menunjukkan data orang-orang yang sukses dalam aktivitas tradingnya. Meskipun akhirnya terbongkar bahwa data itu adalah palsu alias bohong.

Lalu bagaimana cara agar terhindar dari pola pikir bias agar tak terjebak investasi bodong binary option?

Sebelum mengambil keputusan, lihatlah data-data secara menyeluruh. Jangan hanya fokus pada orang-orang yang diklaim telah sukses. Sebaliknya, lihatlah mereka yang mengalami kegagalan.

Tidak mudah memang, mengingat data-data itu sukar diperoleh. Sebagai tambahan, kredo "jas merah" atau jangan sekali-kali melupakan sejarah dapat digunakan dalam hal ini.

Pola investasi bodong ini sudah pernah digunakan dan akan berulang kali digunakan lagi dengan beberapa modifikasi. Pahamilah pola ini, dan bijaklah dalam mengambil keputusan.

Sumber: 

How ‘survivorship bias’ can cause you to make mistakes. BBC

https://fs.blog/survivorship-bias/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun