Banyaknya tugas sekolah yang harus diselesaikan murid yang diberikan gurunya, ditambah dengan keasyikannya bermain gadget yang hampir tidak pernah berhenti  membuat mereka tidak ada waktu untuk membaca kitab sucinya seperti Al-Quran. Keadaan ini terjadi secara umum di Indonesia, termasuk sekolah saya tempat mengabdi SMPN 4 Sungguminasa. Kalau membaca saja Al-Quran tidak pernah dilakukan apalagi membaca terjemahannya. Akibatnya pemahaman dan pengamalan ajaran agama agak dangkal atau dengan kata lain keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME belum meningkat.
Nah, di satu sisi visi-misi sekolah mengatakan "... menjadikan murid yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME...". Berarti di sini ada keprihatinan yang mendalam terhadap kondisi murid saya. Â Karena itu sebagai Calon Guru Penggerak, saya mencoba melakukan aksi nyata yang berdampak positif bagi mereka dengan membudayakan kembali membaca terjemahan Al-Quran di kalangan murid.
Kegiatan membaca terjemahan yang merupakan satu rangkaian dengan membaca ayat-ayat Al-Quran dilakukan di luar jam pelajaran yakni di awal sebelum jam pertama dimulai dengan durasi 5-10 menit. Karena itu yang mengkoordinir adalah setiap guru yang mengajar di jam pertama tersebut.
Tahapan  pelaksanaannya adalah guru menunjuk dua orang murid yang salah satunya membacakan beberapa ayat Al-Quran (sekitar 5 ayat atau surat pendek), dan yang lain melanjutkan membaca terjemahannya. Murid lain nampak menyimak. Oleh karena ini masih dalam pandemic covid-19 maka kegiatan ini dilaksanakan dalam moda daring dengan menggunakan aplikasi Gmeet. Kegiatan ini berulang setiap hari dengan murid yang bertugas selalu berbeda dan ayat yang dibaca juga berbeda.
Ada rasa senang menerapkan kegiatan ini di kelas saya. Menyaksikan murid membaca Al-Quran meski belum lancar sepenuhnya, kesungguhan murid yang membaca terjemahan dan antusiasme yang tinggi dari murid lain dalam menyimak, semua ini memberi nuansa baru dan berkesan.
Secara keseluruhan kegiatan ini berjalan lancar dan pelajaran yang saya ambil adalah jangan pernah mencoba hal yang baru meskipun itu sederhana, karena justru hal yang baru dan sederhana inilah yang biasanya memberi kesan positif bagi murid.
Meskipun aksi nyata ini sudah sesuai dengan rencana semula, namun tetap saja ada hal yang harus diperbaiki seperti murid yang nonmuslim. Untuk murid nonmuslim diberikan dua pilihan yakni boleh tidak ikut kegiatan ini tetapi harus membaca juga kitab sucinya atau ikut bergabung tetapi suara dan mikrofon dinonaktifkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H