Jambi kota seberang adalah wilayah dikota jambi yang merupakan daerah diseberang sungai batang hari, tempat masyarakat asli kota jambi tinggal. dengan ciri khas masyarakat yang agamis dengan banyaknya madrasah dan pondok pesantren yang ada disana. dengan ciri khas rumah panggung yang terbuat dari kayu dan papan yang telah berumur puluhan dan ada yang ratusan tahun yang menjadi ciri khas warga melayu jambi.Â
Ketika saat hari-hari ramadhan telah berakhir, masyarakat di jambi kota seberang mulai disibukan dengan hal-hal yang berhubungan dengan persiapan menyambut hari raya idul fitri . masyarakat jambi kota seberang dengan tradisi yang islami yang mayoritas 100 % adalah beragama islam mulai mempersiapkan diri menyambut hari kemenangan tersebut. ibu-ibu mempersiapkan makanan berupa kue-kue tradisional yang mereka buat sendiri baik secara pribadi maupun secara bergotong royong.
Salah satu kue tradisional yang sering dibuat adalah kue basah, yakni masuba dan enkak  yang dibuat dari telur, gula pasir, namum bedanya untuk  kue masuba dicampur sedikit tepung terigu, dan kue enkak  dicampur sedikit tepung ketan. pembuatannya  memakan waktu sekitar 8 jam  untuk satu loyang/cetakan kue berukuran 30 cm x 30 cm. lamanya proses pembuatan ini disebabkan karena saat membuat kue untuk pembuatanya biasanya dibuat perlapisan setebal 2 - 3 mm perlapisan. kue ini dipanggang dibawah tungku perapian yang diatasnya menggunakan arang/kayu yang mempunyai bara api, bara api inilah sebagai sumber panas untuk memasak kue tradisional ini. kue dibuat perlapisan, biasanya dibuat sebanyak 15 - 20 lapis , sesuai selera.Â
Salah satu tradisi yang dilaksanakan masyarakat jambi kota seberang pada malam hari raya idul fitri adalah melaksanakan takbiran yang dilaksanakan di masjid, langgar maupun mushola. takbir ini biasanya dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa laki-laki untuk memeriahkan malam idul fitri. disamping melaksanakan takbiran diadakan acara pembacaan Al Barzanzi yaitu pembacaan sholawat puji-pujian mengagungkan kebesaran Allah swt, dan kisah kehidupan nabi muhammad saw.Â
Pada pagi harinya dilaksankan sholat idul fitri berjamaah dimasjid-masjid maupun langgar-langgar, masyarakat jambi kota seberang tidak menggunakan lapangan untuk sholat idul fitri mereka hanya menggunakan masjid ataupun langgar sebagai tempat sholat idul fitri tersebut. setelah selesai sholat idul fitri mereka kembali ke rumah masing-masing dan berkumpul bersama keluarga untuk saling maaf memaafkan. sekitar jam 10.00 wib masyarakat atau warga laki-laki biasanya kembali berkumpul dimasjid atau pun langgar mereka kembali mengadakan acara pembacaan barzanji dan marhaba yang dilakukan sampai masuk waktu sholat zuhur.
Setelah sholat zuhur berjamaah mereka bersalam-salaman dan dilanjutkan dengan acara makan bersama. Makan bersama dilakukan untuk mempererat tali silaturahim diantara sesama warga. makanan yang mereka makan berupa nasi beserta lauk pauk yang diletakan ke dalam sebuah nampan yang mereka bawa dari rumah masing-masing. dan dimakan bersama-sama, satu nampan dimakan oleh 2 atau 3 orang.
Setelah acara makan bersama dilanjukan dengan acara silaturahmi ke rumah-rumah, biasanya dimulai dari rumah tokoh-tokoh agama maupun masyarakat seperi para imam, khotib maupun bilal masjid/langgar dilanjutkan kerumah-rumah warga yang lainnya biasanya silaturahim yang dilaksanakan waktunya tidak lebih dari 10 menit untuk tiap rumah, acara ini biasa disebut wakafa. ketika memasuki waktu sholat ashar masyarakat yang ada di satu kelurahan kembali berkumpul di salah satu masjid atau langgar, mereka mengadakan acara halal bihalal antara masjid dan langgar yang biasanya diadakan bergiliran pada setiap idul fitri. setelah sholat ashar diadakan acara halal bihalal berupa tausih dan ceramah agama dilanjutkan dengan bersalam-salaman.
Pada acara hari raya idul fitri hari pertama ini masyarakat jambi kota seberang yang tinggal dikota jambi akan pulang dan berkumpul dirumah keluarganya yang ada di jambi kota seberang, mereka bersilaturahmi dari rumah ke rumah untuk saling bermaaf-maafan serta bersilaturahmi satu dengan yang lainya apalagi sudah hampir satu tahun tidak saling bertemu dan bertegur sapa sehingga moment idul fitri adalah momen yang sangat di rindu-rindukan  dan dinantikan oleh seluruh masyarakat untuk saling bersilaturahim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H