Penolakan? Tentu saja besar. Para pengungsi akan selalu dianggap beban bagi negara. Perbedaan kultur dan sejarah juga memperberat penerimaan sebagian warga Eropa yang sekuler itu. Tapi semua tidak berguna ketika pemerintah di Jerman, Inggris, atau Perancis dan beberapa negara lainnya memiliki good and political will untuk menghargai kemanusian.
Lalu, kenapa para pengungsi itu tidak pergi ke negara mayoritas Muslim tetangganya yang lebih sejahtera? Sebut saja seperti Qatar, Kuwait, Bahrain, UEA, Bahrain, Arab Saudi, misalnya. Mungkin ke negara yang lebih jauh seperti Brunei dan Malaysia, misalnya. Atau kenapa tidak ke Indonesia yang jumlah umat islamnya terbesar di dunia?
Kedua, negara-negara Islam memiliki organisasi internasional sebagai wadah untuk saling membantu dan peduli. Jika pun tidak atas nama apapun, paling tidak atas nama ukhuwah islamiyah dan ukhuwah aqidah bisa dijadikan alasan. Ada Organisasi Kerja sama Islam (OKI) yang kini memiliki 57 anggota. Ada juga Liga Arab yang kini beanggotakan 22 negara. Sangat cukup diukur dari kuantitas.
Lalu apa yang mereka lakukan? Dengan tanpa menafikan peran dan fungsinya, kita acap kali disajikan oleh berita-berita yang isinya hanya "mengutuk" dan "mengecam". Ada tindakan bantuan kemanusiaan, itu pun diperoleh setelah rakyat melalukan sumbangan mati-matian. Selebihnya, kecaman dan kutukan.
Bagaimana kalau organisasi-organisasi hebat itu juga melakukan skema soal bantuan menampung pengungsi yang berpotensi terjadi di negara-negara Islam yang mudah disulut konflik? Jika pun tak secara keseluruhan, minimal dilakukan oleh negara-negara yang siap dan kehidupannya lebih sejahtera dibandingkan beberapa negara Islam lainnya yang sengsara.
Kemana negara-negara Muslim yang kaya raya dan penguasanya suka dijadikan liputan dalam hal hambur-hambur kekayaan itu? Memang, Turki telah melakukan hal besar untuk membantu ribuan pengungai dari Suriah tapi, bukankah Turki juga termasuk Eropa; tempat sekumpulan negara yang kita anggap sekuler dan agnostik itu?
Lalu, bagaimana kebijakan negara Islam yang lain? Tidak perlukah OKI atau Liga Arab memberikan instruksi persoalan ini, bahwa setiap pengungsi dari negara-negara yang sedang bermasalah akan diterima oleh "saudara" mereka atas dasar humanisme islami yang kerap dicorongkan?
Saya tidak ingin membahas lebih jauh soal sejarah dan intrik politik yang terjadi dalam keputusan tentang pengungsi ini karena akan sangat panjang. Sah-sah saja ada asumsi soal keuntungan politik, ekonomi, atau apapun itu.
Tapi yang jelas, pengungsi mendapatkan penerimaan yang baik dan bermartabat ketika mereka memutuskan untuk mengungsi ke Barat. Prospeknya juga dianggap lebih menjanjikan untuk kelanjutan hidup di masa depan. Di Barat, mereka "selamat" dan "aman".
Dalam perspektif tertentu, barangkali memang benar statement fenomenal Muhammad Abduh, "aku pergi ke negara Barat, aku melihat Islam namun tidak melihat orang muslim. Dan aku pergi ke negara Arab, aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam".
Salam,
Mustafa Afif