Sebelumnya, saya menulis tentang "Anies Baswedan dan Keanehan-keanehannya (1)", yang saya maksudkan sebagai tulisan pertama. Maka, tulisan ini adalah tulisan kedua sebagai kelanjutannya.
Sebagian dari keanehan Anies Baswedan adalah karena ia dimusuhi oleh segerombolan manusia yang memiliki prinsip "sebar saja dulu, soal malu urusan belakangan". Damaged has been made. Rusakkan saja dulu, soal benar tak usah dipikirkan. Begitu kira-kira. Dengan musuh yang demikian, Anies Baswedan seperti pemeran utama yang biasanya kalah di awal, tapi akhirnya menjadi pahlawan, dalam banyak kejadian dan  persoalan.
Seperti apa contohnya?
Kemarin sempat ramai soal anggaran penebusan ijazah yang ditahan oleh pihak sekolah karena siswa yang bersangkutan memiliki tanggungan iuran yang belum dibayarkan. Tak tanggung-tanggung, informasi itu langsung dilahap oleh beberapa kompi pasukan untuk diviralkan dengan narasi menyedihkan seperti gambar berikut:
Setelah diketahui bahwa mereka menjadi bagian dari penikmat "kebohongan", alih-alih mereka meralat, sebagiannya justru membalikkan melalui kontra narasi sebagai seorang pahlawan. Sebagian kecil yang lain, ada yang "sadar" lalu berubah menjadi sok objektif dan kalimat-kalimat sok bijak. Mengerikan, bukan?
Hal yang sama juga terjadi saat beberapa waktu terakhir dan di waktu-waktu yang akan datang, terjadi banjir di Jakarta. Betul, Jakarta belum lepas dari banjir. Setidaknya ada puluhan titik di Jakarta yang masih menjadi langganan banjir setiap tahun, tapi masalahnya, cara mereka menarasikan kegagalan Anies Baswedan sangatlah luat biasa.
Biasanya ditambah dengan membanding-bandingkan dengan kepemimpinan sebelumnya, terutama Ahok. Saya jadi berpikir dan bertanya-tanya, memangnya saat Ahok memimpin Jakarta bebas dari banjir? Urusan banjir terselesaikan? Tidak, kaaan? Parah juga banjirnya, meski dipaksakan untuk gagah secara narasinya. Dulu, bahkan bisa berjam-jam air itu menggenang tak seperti sekarang yang surut dalam waktu relatif lebih singkat.
Apalagi? Banyak sekali peristiwa dimana hal-hal yang berkaitan dengan Anies Baswedan dan DKI Jakarta diviralkan dan dihajar sedemikian rupa, lalu setelahnya muncul kebenaran dan penjelasan yang sebenarnya.