Namun meski begitu, jangan sampai merendahkan lawan bicara, apalagi untuk negosiasi perdamaian. Bagi JK, siapapun harus mampu membuat lawan bicaranya terhormat dan merasa dihargai. Modal utamanya adalah konsep dan logika yang lebih matang sehingga memungkinkan lawan bicara menyetujui dengan komitmen yang ditawarkan.
Memang hanya JK
Pak JK juga lekat dengan istilah "Lebih Cepat, Lebih Baik". Sebuah adigium yang sangat representatif dengan pribadi JK yang suka dengan kerja cepat, ambil keputusan untuk kepentingan rakyat.Â
Tak perlu menunggu hal-hal yang sifatnya normatif apalagi protokoler. Hal seperti ini yang ia tunjukkan ketika dulu menghadapi bencana Tsunami di Aceh. JK melakukan gerak cepat, membuat kebijakan dan turun lapangan.
Cara kerja seperti ini, banyak menuai pujian sekaligus mengundang pertanyaan, terutama ketika muncul istilah "JK is the real President". Ketika mendampingi SBY, JK disebut banyak "melangkahi" kewenangannya hingga muncul asumsi adanya "Dua Matahari" dalam pemerintahan.Â
Padahal, memang begitulah caranya bekerja. Gerak cepat, namun tetap sadar diri dan sadar fungsi. Rumusnya tetap sama. Dalam mendampingi dua Presiden yang berbeda, prinsipnya ysng digunakannya tak berbeda: "Satu langkah di belakang Presiden. Satu tone lebih rendah dari Presiden".
Mengingat Pak JK, juga tak bisa dilepaskan dari kebijakan konversi minyak tanah ke gas, yang ternyata mencapai sukses luar biasa karena benar-benar dirasakan oleh rakyat hingga sekarang. Beberapa kebijakan progresif dan subtantif selama menjadi orang penting di negara ini juga menjadi amal tak putus yang bisa dinikmati hingga saat ini, oleh bangsa ini.
Meski kerap kali ia ingin dibenturkan dengan Presiden, terutama dengan Jokowi, dan tak berhasil. JK tetap mesra dengan Jokowi, karena memang begitulah tugasnya. Jokowi pun tak terlihat baper sehingga salah respon terhadap laku dan kerja JK.
JK dan Kecintaan Terhadap Ilmu Pengetahuan, Membaca, dan Buku
Dalam bidang sosial, apalagi. JK banyak terlibat dan aktif dalam kegiatan dan organisasi sosial kemasyarakatan, terutama kerja-kerja kemanusiaan. Kita tak perlu tahu berapa anak yatim yang diasuhnya, berapa masjid yang dibangun atau dibantunya.Â
Kita juga tak perlu membahas soal aktifitasnya di Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI), akan sangat panjang.