Beberapa waktu lalu, setelah pertemuan yang mengheboh-gaduhkan antara Prabowo-Jokowi pasca gelaran Pilpres, saya cukup kaget ketika membaca beberapa timeline di twitter soal Anies Baswedan. Narasinya kurang lebih sama, yaitu soal Anies Baswedan sebagai The Next President, Anies Baswedan for President, My Next President, dan tagline lain yang dibumbui dengan kalimat-kalimat yang tampaknya, bagi saya pribadi, semacam "semi-pelampiasan".
Tak hanya itu, dalam beberapa waktu, salah satu tagarnya berhasil menjadi trending di twitter. Meski tak bertahan lama, tapi isu itu semakin menguat dan santer, entah siapa yang mengalirkan dan melakukan, anggap saja, manuver.
Saya pendukung Anies Baswedan, sejak dulu saat mencalonkan sebagai gubernur hingga sekarang. Boleh saja teman saya yang (katanya) nasionalis-NKRI itu menjadi sinis karena ini, tapi bagi saya, ini soal pilihan.
Setidaknya, sampai sejauh ini saya melihat Anies bekerja, satu-persatu menunaikan janjinya untuk Jakarta, pelan-pelan memperbaiki Ibu Kota. Saat banyak yang menista, Anies menunjukkan prestasinya. Jakarta mendapatkan pengakuan dari banyak lembaga, negeri maupun swasta, bahkan apresiasi itu datang dari luar negeri, beberapa kali.
Artinya, jika mau menggunakan skala perbandingan, prestasi Anies Baswedan dan Jakarta dalam dua tahun terakhir bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya, tentu saja dalam beberapa sisi dan cakupan. Mudah, tinggal check data dan faktanya. Cukup siapkan paket datanya.
Maka ketika ada kelompok yang menyemburkan isu soal Anies Baswedan sebagai The Next President, terus terang saja, saya merasa khawatir dan agak kurang nyaman. Siapapun boleh menyampaikan aspirasi serta kehendak politiknya terutama ketika melihat peluang dan potensinya, tapi rasa-rasanya isu yang dihembuskan itu agak berlebihan, terlalu dini dan terburu-buru dikicaukan, menafikan realitas politik yang terus bergerak dinamis dan misterius.
Tentu siapa-lah saya yang hanya seorang kuli besi saja, tapi saya juga memiliki hak untuk menyampaikan uneg-uneg, bahwa narasi-narasi yang dibangun soal Anies Baswedan sebagai the next atau apapun istilahnya, lebih baik segera dihentikan.
Terlalu gak penting, terutama ketika melihat munculnya isu itu berbarengan dengan momentum yang menggaduhkan. Bagi saya, dan mungkin banyak yang lainnya, itu seperti pelampiasan atas kekecewaan. Euforisme sesaat untuk tetap menunjukkan kegagahan, meski sejatinya mulai rapuh tak tertahan. Dalam hal ini, mungkin saja asumsi saya tidak benar.
Kenapa perlu untuk segera dihentikan. Ada beberapa hal yang menurut saya penting untuk dipertimbangkan.
Pertama, biarkan Anies bekerja. Membangun dan memajukan Jakarta. Ada banyak janji yang belum ditepati. Warga Jakarta sedang menanti. Janganlah terlalu diganggu dengan urusan di luar kepentingan kerja kepemerintahannya, apalagi soal jabatan yang masih jauh berada di depan. Keberhasilan Anies akan menentukan dan siapapun bisa memberikan dukungan, pada waktunya nanti.
Kedua, peran partai politik. Kita hidup di negara dimana untuk memiliki pemimpin, pengajuannya harus melalui partai politik. Sementara Anies Baswedan bukan anggota partai politik manapun!. Sehebat apapun ia, akan berakhir nyesek jika tak ada dukungan partai yang cukup. Boleh saja menguasai media online atau apapun saja, bikin hastaq lalu trending, diolah sedemikian rupa, tapi itu tak akan berpengaruh saat dukungan partai tak ada.