Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Berdayakanlah Uang Recehan, Please!"

19 Desember 2018   12:27 Diperbarui: 19 Desember 2018   12:35 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:cdns.klimg.com

Mungkin benar banyak orang katakan, bahwa bisa jadi hal-hal yang tak berharga bagimu justru begitu bermakna bagi orang lain, bahkan bisa untuk sedikit menyambung nyawa.

Ekonomi bangsa ini tak sepenuhnya menyenangkan. Namun anehnya, uang receh seperti menjadi barang mainan. Mulai tak dihargai secara sepadan. Bahkan, kadang terkesan langka. Padahal, ia tetaplah uang. Memiliki niai tukar. Seberapa pun jumlah uang, sejatinya ia adalah tumpukan dari uang receh yang dikumpulkan, berganti jumlah dan nilai. Aneh memang!

Uang receh memang bernilai kecil, tapi justru itulah yang berharga bagi rakyat kecil. Itulah kenapa uang receh tak dihilangkan, sebab tanpa uang receh, rakyat kecil akan kelimpungan. Boleh saja engkau kaya, penuh harta, hingga tak peduli dengan uang receh segala. Tapi percayalah, uang itu justru berharga dan bermakna bagi rakyat kecil untuk sekedar menyambung hidup dan nyawa.

Di tengah hidup yang kian hedon, kita perlu menghargai kembali uang receh, uang kecil. Semacam gerakan untuk berbelanja di warung, sebab kita tahu, bahwa pemiliknya tidak untuk kaya. Ia hanya ingin menyambung hidup, menyekolahkan anak, menghidupi dan memenuhi kebutuhan keluarga dari laba yang tak seberapa.

Kehidupan di kota, mestinya mengajarkan kita untuk memberdayakan uang receh. Jangan diabaikan, bawalah selalu saat berjalan.

Di kota, kita akan menemui pengamin jalanan, tukang jaga palang pintu kereta, dan tukang jaga putar balik atau titik-titik persimpangan rawan kemacetan. Berilah uang receh sekedarnya, yang kita punya. Mereka akan bahagia, sebab kita tahu, mereka melakukan seperti itu bukan untuk kaya. Paling banter untuk membeli es kelapa, selebihnya disimpan untuk kebutuhan lainnya, termasuk kebutuhan keluarga.

Bisakah Anda bayangkan bagaimana sulitnya putar balik dan titik-titik persimpangan tanpa kehadiran mereka yang berpanas-panas membantu menyelesaikan kemacetan. Bertarung dengan klakson yang memuakkan serta kata-kata busuk tak bertuan. Lalu, seberapa sulitkah untuk membantu mereka dengan uang receh atas bantuan mereka yang telah memuluskan jalan kita?

Jadi, mari kita mulai memberdayakan dan menghargai uang receh. Jangan diacuh-abaikan. Simpan dalam tas, dalam saku, atau di kendaraan. Berikan pada yang membutuhkan, pada orang yang telah membantu kita di jalan. Tak usah dipikirkan, sebab dari yang kecil biasanya kita merasa tanpa beban.

Percayalah, bahwa hal itu mereka lakukan bukan untuk kaya. Mereka tidak kenal dengan kapitalisme atau apapun namanya. Jadi, mari kita bantu saja. Memberdayakan uang receh untuk sedikit meneteskan yang kita punya, meski kita juga bukan orang kaya! Yakinlah, itu lebih bermakna dan berharga di tangan mereka.

Dan jangan lupa, berikan itu dengan cara dan muka manis. Jangan judes apalagi sadis. Berdayakan uang receh, Plis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun