Sehingga kau terluka dengan darah mengalir..
Ini bukan apa - apa..
Bukan juga nasihat bijaksana..
Ini hanya sekedar tegur sapa..
Mengingatkan pada yang nyata..
Walau pahit Tuhan tetap punya kuasa..
Pada kebenaran yang sukar dicerna..
Yakni manusia berjalan pada rel genggemanNya..
Dari sini engkau harus mengerti..
Memaknai perjalanan hati..
Tidak usah berebut laiknya pemangsa reputasi..
Bersinggasana di kerajaan dengki..
Begitu yang cerah kau tenggelamkan pada lubang Iri..
Sampai kau tidak sadar pada dirimu sendiri..
Mengapa ini terjadi wahai manusia ambisius..
Apakah hatimu sudah terbius..
Dengan paha mulus atau jutaan fulus..
Tak pernahkah kau mengelus..
Jika itu permainan setan bulus..
Waktu bermainmu sudah selesai..
Tanganmu yang berkuasa mari kau hujamkan lagi ke bumi..
Lihatlah para bawahanmu berebut nasi..
Pemimpin negeri harus mengayomi..
Bukan mendholimi..
Mari sejenak keluarkan nafas baumu untuk menjadi wangi..
Jangan kau sandarkan pada kekejian birahi..
Ikuti suara hatimu Tuhanmu slalu menanti..
Manusia manusia kotor kembali suci..
Saat berhenti pada batu nisan engkau menjadi hamba ilahi..
Surabaya, 5 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H