Ibu tampamu aku bukan siapa - siapa"
Ibu..Jemarimu yang sudah berkeriput masih terasa halus mengusap kepalaku.
Di usia tuamu engkau masih menjadi malaikatku, selalu menyayangiku menerobos sepanjang waktu.
Bibirmu dalam setiap tahajud bergetar menyebutkan namaku untuk menjadi manusia yang patuh.
Tenang..bijak..lembut itu yang kulihat dari sosokmu ibu, dunia yang begitu gelap menjadi terang karena cahayamu.
Sampai sekarang belaian kasih sayangmu masih melekat di jiwaku, walau engkau jauh bayangmu selalu menemaniku.
Hadirku dalam puisi ini, hanya sedikit dari segala kebaikanmu yang tiada tara.
Mewarnai perjalananku sebagai manusia agar berguna bagi nusa dan bangsa.
Menantang badai kemalasan dan mendobrak keputusasaan yang membuat sengsara.
Ibu..terimakasihku selalu kukumandangkan dalam menit dan detik, dalam suka dan duka.
Tiada cukup segala jasamu kubalas, karena jumlahnya yang berjuta -- juta.
Tapi aku tahu Ibu tidak meminta balasan, tatapan mata ibu memancarkan keikhlasan dan kebahagian.
Doaku semoga ibu bahagia dan sentosa, bersama kebaikan dan amal baktimu yang abadi.
Surabaya, 27 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H