Mohon tunggu...
Kimmy ahmad
Kimmy ahmad Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis jalanan, hanya ingin berbagi tulisan yang disenangi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Quo Vadis Pendidikan Indonesia?

1 Februari 2022   19:44 Diperbarui: 1 Februari 2022   19:52 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi pendidikan

***************

Membaca pendidikan Indonesia sekarang, apa yang sudah diraih dan bagiamana potretnya ke depan.

Mari kita berani mengurainya dengan membuka aibnya dulu, jangan karena profesi sebagai guru silau tidak mengatakan yang haq dan batil dalam kejujuran.yang sudah diraih Indonesia masih jauh dari predikat negara maju..semuanya masih melaju lambat kalau tidak dikatakan terseok - seok seperti tumpang tindih sistem, masih adanya mafia pendidikan, intoleransi pendidikan bahkan sampai kearah degradasi anak bangsa menjadi alay dan belok.

Tak pelak hal ini menjadi pukulan yang sangat menghujam kejantung kita, terutama pada guru. Kita bicara fakta bukan retorika karena untuk suatu perubahan maka pertama langkah yang harus ditempuh adalah buka semua akar permasalahannya, karena dari sana kita bisa meneyelesaikannya atau minimal mengurangi. Pandemi Covid 19  yang menghentikan sekolah normal terpaksa diambil langkah yang berani dan nekad yaitu sekolah online. Apa itu sekolah online? Yaitu sekolah yang seratus persen menggunakan gadget atau smartphone yang terkoneksi ke Internet.

Pun demikian sekolah online ini menyisakan banyak problem di sana sini, seharusnya pembelajaran yang menggabungkan dengan teknologi disambut dengan pencapaian terbesar atau meminjam istilah mas Menteri " Nadiem Makarim ", sekolah online ini merupakan lompatan terbesar dalam dunia pendidikan Indonesia karena efek Covid 19, di mana mari kita sambut dengan membuka kreatifitas guru - guru dalam menginovasi pendidikan, tetapi sekali lagi ucapan mas menteri tersebut masih sebatas wacana yang terbang di awang - awang masih ilusif kalau boleh di kata. 

Kurangnya semua stakeholder dan sarana prasarana pendidikan dalam memajukan teknologi pendidikan Indonesia menjadi tambahan PR besar bangsa ini dalam proses pencerdasan anak bangsa. Sehingga yang menjadi dampak horornya adalah " learning Loss ", sebutan yang mencekam, siswa kehilangan belajarnya kalau sistem online terus digunakan. Suatu anomali dan paradoks yang menjadi peneman pendidikan kita sehari - hari.

Qua vadis pendidikan Indonesia..???

Bagaimana jawabnya, kita kembalikan kepada jiwa kita masing - masing, apakah pendidikan ini bisa maju menuju cita - cita Indonesia 2045..ya satu abad kemerdekaan Indonesia dibuktikan dengan Indonesia menjadi negara superpower dunia.Maka semuanya harus berjuang mati matian mulai dari hulu sampai kehilir, mulai dari pemerintah, pengajar dan siswa. 

Buat perangkat yang sudah tersusun bagus dengan sistem operasional yang keren dan canggih, kita jangan gengsi untuk mencontoh negara yang sudah maju Finlandia atau yang dekat Singapura. Mari buanglah ego - ego pendidikan yang selalu membatasi nafas dan girah perjuangan. Kapalnya sudah siap dengan penumpang 50 juta siswa dengan kru nya 3 juta pengajar. 

Jumlah yang luar biasa besar maka kekuatan besar ini sangat "eman" apabila diabaikan,didiamkan semua akan menjadi sia - sia sehingga Indonesia bukan hanya hilang dalam semangat juangnya saja tetapi bisa jadi hilang dalam peta dunia. Karena tercerabut dengan kepentingan - kepentingan perebutan kekuasaan dan tidak tidak siapnya menghadapi badai kemalasan dan kebodohan.

# Afalaa tafakkaruun..

# Afalaa ta'qiluun..

# Mari berenung dan berfikir..

Kimmy ahmad

1 Februari 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun