Mohon tunggu...
Mustafidul Umam
Mustafidul Umam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Padjadjaran

Mencoba melihat sejarah sebagaimana mestinya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik, Antara Mempertahankan Idealisme dan Kompromi Dalam Politik Praktis

29 Desember 2024   11:32 Diperbarui: 29 Desember 2024   11:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Idealisme dalam Pandangan Seseorang. https://www.rri.co.id/lain-lain/799081/istilah-idealisme-dan-penerapannya-dalam-berbagai-aspek-kehidupan

Dalam perpolitikan Indonesia, tak jarang seorang politisi berubah dari penggambaran sebelumnya ketika memperkenalkan diri pada masyarakat. Berawal dari keinginan untuk berpihak pada kepentingan rakyat yang konsisten, lambat laun cenderung berkompromi dengan "kekuatan yang lebih besar" untuk mengedepankan kepentingan partai politik atau diri-nya sendiri. Karena-nya, dekade ini sudah terlalu nyata akan banyak idealisme yang tertunda karena baik secara sadar maupun tidak, sikap yang diambil dalam penentuan keputusannya terkadang bertentangan dengan idealisme-nya sendiri.

Untuk memahami Idealisme dan Kompromi dalam Politik Praktis, penting untuk melihat arti dan fungsi kedua-nya sehingga bisa sampai pada kesimpulan untuk menjawab pertanyaan: "bisakah orang yang terjun di politik praktis atau pemerintahan mempertahankan idealisme-nya?".

  • Idealisme merupakan prinsip atau nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang sebagai pedoman pilihan-nya. Sifatnya abstrak dan mengacu pada nilai-nilai tinggi yang terkadang sulit untuk diwujudkan sepenuhnya dalam pengaplikasiaanya di dunia yang konkret (dunia nyata).

Kalimat "nilai-nilai tinggi yang terkadang sulit diwujudkan" menunjukkan bahwa sebuah idealisme sering kali bertabrakan dengan keadaan sebenarnya di dunia nyata. Pemikiran idealisme yang dianggap "too good to be true" menjadikannya menjadi utopisme karena keadaan yang membatasi idealisme tersebut. Namun etis-nya, jika kita meminjam Teori Etika Idealisme-nya Immanuel Kant, Idealisme tetap bisa dipegang teguh dengan komitmen terhadap nilai-nilai yang dianggap benar, meskipun untuk mencapai-nya (menerapkan-nya) mungkin memerlukan pengorbanan yang besar

  • Sikap adalah respon atau cara seseorang ketika menghadapi suatu situasi atau pandangan-nya terhadap sesuatu. Sebuah sikap bentuknya lebih konkret karena diwujudkan melalui tindakan atau perbuatan yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

Pada hakikatnya, sikap akan terbentuk dari nilai-nilai yang diyakini termasuk di dalamnya idealisme. Namun ketika dibawa melalui tindakan atau perbuatan, seringkali sebuah sikap akan berubah terpengaruh dari oleh faktor-faktor di luar pemikiran orang tersebut, seperti situasi dan kebutuhan pragmatis di tengah-tengah fenomena politik yang kurang menguntungkan jika dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, sebuah sikap sering kali terpengaruh dengan keadaan lingkungan di sekitarnya. Hal ini sejalan dengan Teori Perilaku oleh B. F. Skinner yang menyebutkan bahwa sikap adalah kristalisasi dari pengalaman dan pengaruh lingkungan yang sering kali bersifat adaptif. Dengan kata lain, Idealisme adalah core atau prinsip atau cita-cita yang dijadikan sebagai panduan hidup, sedangkan sikap adalah cara nyata dalam menghadapi berbagai situasi yang terkadang menguji idealisme-nya. Meski seringkali mempengaruhi sikap seseorang, tidak semua sikap lahir dari idealisme, namun bisa juga terbentuk dari pengaruh sosial dan adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana Teori Perilaku yang tadi disebutkan.

Kembali pada pertanyaan awal: "bisakah orang yang terjun di politik praktis atau pemerintahan mempertahankan idealismenya?", penjelasan mengenai idealisme dan sikap sebelumnya sekiranya bisa menjawab pertanyaan ini. Dimana sebuah idealisme seharusnya tetap bisa di pegang oleh seseorang yang terjun di politik praktis, karena sejatinya politik harus berorientasi pada rakyat yang dimana konsep keadilan dan pemerataan yang seringkali sulit diterapkan sepenuhnya. Sehingga menjadikannya tetap berada di jalur idealisme kuat dan sesuai dengan kepentingan dalam politik yang berorientasi pada rakyat.

Namun, terkadang kita tertampar dengan realita sebenarnya yang kemudian melahirkan pemikiran yang disebut sebagai realisme yang menginginkan menjalani hidupnya sesuai keadaan yang nyata. Realita atau keadaan yang sebenarnya terbentuk dari kristalisasi dari kepentingan-kepentingan yang menyangkut orang banyak ataupun perseorangan yang memiliki power (kekuasaan, kekuatan) yang seringkali menantang idealisme seseorang. Dalam politik praktis di Indonesia, kendaraan politik dalam hal ini partai politik memiliki konsep kekuasaan yang terpusat pada satu orang saja yaitu ketua umum partai, dimana ia dapat menggugurkan idealisme anggotanya yang tidak sejalan dengan kepentingan partai. Sehingga hal ini menjadi ironi dimana partai politik yang seharusnya menjadi kendaraan untuk menyalurkan suara rakyat malah menjadi wadah untuk mewujudkan cita-cita partai yang sebagian besar hanya untuk kepentingan diri mereka sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pada hakikatnya seseorang yang terjun di politik praktis untuk memiliki dan mempertahankan idealisme-nya yang kuat berorientasi pada rakyat tetap bisa berpegang teguh dengan sikap-nya yang diambil. Namun, sistem yang korup (sudah mulai rusak) menjadi penghalang untuk tetap menjadi seorang yang idealis. Kombinasi dari sistem secara keseluruhan dengan sistem yang ada di partai yang ada menjadi dasar pernyataan bahwa "orang yang memiliki idealisme yang kuat, ia akan berubah ketika masuk ke dalam sistem yang korup ini. Jika pun ia tetap bisa berpegang teguh dengan idealismenya, lambat laut pamornya akan hilang karena tidak adanya suara lain yang mendukung idealisme-nya". 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun