Mohon tunggu...
mustahsin oke
mustahsin oke Mohon Tunggu... -

saya adalah seseorang yang sedang mencari jati diri, bakat, inspirasi, penyesuaian diri tuk jadi guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hujan Seni dan Kreativitas

3 November 2010   15:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:52 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir akhir ini saat kita beraktifitas, baik bekerja, sekolah, maupun berlibur kita sering disapa oleh si air yang satu ini. Tanpa ampun ia membagi airnya ke seluruh penjuru bumi yang dia inginkan. Dia pun tak peduli akan aktifitas maklhuk hidup yang memperolehnya, yang pasti dia sudah memberitahukan sebelumnya. Dia sering menyenangkan para petani dan anak anak, tapi lebih banyak dikeluhkan. bahkan tidak diharapkan. Sedih seandainya dia dapat mendengar dan merasakan keluh kesah orang yang ditemuinya. Padahal sudah secara otomatis dia tercipta dari air yang naik dengan panas matahari, bersatu dengan para saudaranya lalu turun dengan derasnya.

Berkaca dari si air tersebut, banyak yang dapat kita pakai untuk menggambarkan apa seni dan kreatifitas. Pertama, hujan terjadi karena beberapa factor alam yang mendukungnya, tingginya penguapan, angin samudera yang memuat banyak uap air, hingga fenomena langka seperti la nina. Setiap manusia yang pada dasarnya dianugerahi jiwa seni pun membutuhkan dukungan agar mereka dapat mengembangkan dan menyalurkan pikiran subyektif menjadi bentuk visual yang memiliki nilai keindahan dan keharuan kehidupan. Dukungan dasar tersebut adalah elemen konsep/ide, elemen operasional/media, dan sintetis/bentuk.

Butiran air indah itu,ternyata tersimpan didalamnya zat-zat perusak besi yang mungkin merupakan balasan untuk manusia angkuh yang mengabaikan emisi gas karbon demi terpenuhinya kebutuhan mereka. Jika mereka mau sedikit peduli dengan rumahnya tentulah kami (hujan) merupakan cerminanmu. Didalam seni pun demikian, Baik tidaknya suatu seni tergantung beberapa factor yang mempengaruhi, yaitu karya seni tidak hanya ditentukan oleh perasaan, tetapi erat kaitannyadengan pikiran.Seni memiliki kualitas yang tinggi bila terdapat perpaduan antara halus dan jernihnya perasaan serta tajamnya pikiran menentukan benar dan salahnya perwujudan dan perasaan menentukan bagus dan tidaknya perwujudan seni (Depdikbud, dalam padmono 2009)

Beralih dari akibat buruk, hujan sangat vital dalam mendukung kehidupan di bumi, hujan menyuburkan tanaman yang layu, ikut mengembalikan hutan yang gersang, tempat hidup ikan yang tidak terbatas, mandi, minum, sampai listrik pun karena air (hujan). Kita lihat apakah seni juga demikian, ternyata ia dapat memenuhi kebutuhan manusia untuk menyalurkan ide, gagasan, serta pemikirannya, sehingga dapat sebagai media ungkap, lebih lanjut para seniman dapat berkomunikasi dengan orang lain lewat karya-karyanya yang sarat makna. Nah bagi yang sedang kacau, seni merupakan salah satu obat manjurnya.

Menurut para ahli, tidak semua butiran air hujan sampai di kerak bumi loo, banyak yang beresekan dengan udara panas akhirnya jadi uap lagi. Jadi kita jangan menyerah untuk menghargai, menikmati, belajar dan mengajarkan tentang seni, serta berusaha menjadi seniman sejati. Masih banyak butiran-butiran kesempatan, semangat untuk sampai tujuan.

Berbicara tentang kreativitas, tentu sangat berkaitan dengan seni, dimana kreatifitas akan menghasilkan karya yang segar dan orisinil. Ada hujan seni, ada juga hujan kreativitas. Yuk kita simak.

Hujan tidak begitu saja tercipta, namum kasatmata prosesnya atau tidak kita sadari. Kita tentu tahu bahwa air berbagai sumber yang menguap akan menjadi malaikat (uap) yang siap terbang menuju langit, hal ini merupakan tahap persiapan dalam proses kreatif. Malaikat uap akan berusaha mengalahkan berbagai tantangan untuk sampai ke istana, yang dalam prosesnya (kreatif) disebut konsentrasi. Para malaikat akan ber- inkubasi (proses kreatif ke 3) dan bersatu membentuk tubuh baru yang disebut awan. Kita (awan)selalu bergerak dan berubah mencari gagasan baru berkat dorongan semangat angin panas yang kami terima (bentuk awan selalu berubah-ubah karena terkena angin panas sehingga awan kembali menjadi uap.Red), gambaran tersebut sejalan dengan proses kreatif ke-4 yaitu Iluminasi. Kini saatnya verifikasi/produksi, berkreatifitas sesuai apa yang kita pikirkan yang bagaikan awan meneteskan bermilyar-milyar butiran kehidupan ke bumi. Begitu seterusnya akan ada dorongan untuk membentuk hujan dan berkreatifitas, tinggal bagaimana kita merealisasikannya.

Lain awan sirus lain lagi awan stratus, apalagi awan kumulus, masing masing memiliki karakteristiknya masing-masing, begitu pula dengan kreatifitas anak-anak dan orang dewasa yang berbeda sebab terpengaruh umur tempat melekatnya aturan, moral, dan etika. Semakin memiliki umur justru semakin sedikit kreatifitasnya, begitulah kira-kira. Jadi tunggu apalagi, ayo berkreatifitas?

Meskipun permintaan yang satu ini jarang, tetapi paling tidak pawang hujanpernah dan bias memenuhi permintaan untuk mengkreasi hujan buatan atau bahkan menghentikan hujan. Dengan mantra-mantra pengetahuannya dia buat ramuan ajaib, sedemikian rupa dengan presisi yang sangat, ia taburkan ke langit dan cling! menyatukan uap air yang tersebar menjadi butiran butiran kecil yang menjadi banyak akhirnya terkreasilah hujan buatan. Begitu apiknya teknologi yang tidak terlupa juga teknologi untuk mendorong perkembangan kreatifitas kita, eh anak didik kita, yaitu dari mbah Lowenfeld dan Britain (1982:8) dalam Padmono 2009,antara lain : (1) kelancaran berpikir, (2) fleksibilitas, (3) orisionilitas, (4) memperluas (elaboration) berpikir, (5) program keberanian mengambil resiko, (6) kompleksitas, (7) rasa ingin tahu (quriosity), dan (8) imajinasi.

Bagaimana dengan menghentikan hujan?, sebentar, sabar, mikir dulu…tanya melulu…cari sendiri lah… Yang pasti salah satu juru kunci kreatifitas, Lowenfeldt (1982:86) dalam Padmono 2009, memberi petuah bagaimana mengkreativitaskana anak usia muda, diantaranya tantangan yang tidak diketahui, mendatangkan atau merangsang munculnya banyak ide dan biasa berpikir beragam dan bergagas banyak, dilihat dari perbedaan dan kesamaan, memiliki keunikan dan orisionalitas berpikir.

Dari gado gado diatas intinya rasanya enak jika lidah kita bersahabat/mau bersahabat untuk berfikir, mencoba dan terus mencoba sekuat tenaga untuk lebih baik lagi menjalankan apa yang menjadi kewajiban kita tentu hanya karena Allah SWT…Amin3x.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun