Mohon tunggu...
Mussab Askarulloh
Mussab Askarulloh Mohon Tunggu... Editor - Sastra Indonesia

Menaruh perhatian pada budaya dan literasi, juga kesenian terutama sastra dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ekspansi Budaya Indonesia: "Dangdut Dahulu, Bahasa Kemudian"

5 Februari 2021   18:45 Diperbarui: 5 Februari 2021   18:51 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hal yang pertama kali terpikirkan oleh saya adalah, benar, dangdut. Ia memenuhi semua aspek yang dibutuhkan. Dangdut merupakan sebuah produk hiburan massal yang ringan. Sebagai musik, irama dan hentakannya cukup universal. Orang-orang akan mudah untuk menikmatinya bahkan tanpa perlu memahami lirik lagunya.

Di Indonesia, dangdut sudah mulai cair dan meresap ke dalam berbagai lapisan pendengar. Meski sempat dianggap sebagai hiburan kelas bawah, kini ia mulai dinikmati oleh beragam kalangan. Mulai dari hajatan di gang-gang pemukiman padat sampai ke klab-klab dan festival musik bergengsi ibukota. Mulai dari bapak-bapak paruh baya sampai ke anak-anak muda. Bicara soal keotentikannya, dangdut awalnya memang musik melayu yang diadaptasi dan dimodifikasi sedemikian rupa. Iramanya banyak terpengaruh oleh musik India dan Timur Tengah. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, dangdut mulai merumuskan dan menemukan bentuknya sendiri yang, jika boleh dikatakan, bercorak asli Indonesia.

Memperkenalkan "budaya tinggi" Indonesia ke panggung dunia juga merupakan suatu upaya yang mulia. Namun, budaya populer yang cheesy akan lebih mudah diterima. Sampai saat ini saya belum menemukan produk budaya populer yang lebih strategis lagi. Dangdut sudah menjadi paket komplit budaya populer Indonesia. Karena itu, ia mesti masuk ke dalam strategi utama ekspansi budaya Indonesia ke dunia global, serta mendapat perhatian dan investasi yang besar dari pemerintah. Tinggal menemukan cara pengemasan dan pemasaran yang tepat di pasar internasional.

Jika hentakan gendang dangdut sudah mulai merasuk ke dalam sendi-sendi masyarakat dunia, produk-produk kebudayaan lainnya seperti bahasa, makanan, atau pariwisata akan dengan mudah mengikuti. Jika budaya populernya sudah banyak diminati, dunia akan dengan senang hati mengenal dan mempelajari budaya-budaya kita yang lainnya. Dengan begitu, jangankan pengutamaan bahasa negara di ruang publik sendiri, masyarakat dunia pun akan dengan senang hati mempelajari dan menuturkan bahasa Indonesia.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun