Mohon tunggu...
Musrifatul Khotimah
Musrifatul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

@Musrifatul khotimah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tegal Deso: Sebuah Tradisi Warga Desa Watuagung, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan

19 Oktober 2020   19:53 Diperbarui: 19 Oktober 2020   20:02 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di Indonesia khususnya daerah Jawa timur memiliki beragam tradisi yang dipercaya agar membawah keberkahan ataupun keselamatan bagi yang tinggal di daerah yang di tinggali. Hal ini berhubungan di berbagai daerah salah satunya di desa Watuagung, kabupaten Pasuruan. Masyarakat setempat memiliki tradisi yang namanya Tegal Deso. 

Tegal deso adalah salah satu adat yang diselenggarakan oleh warga desa Watuagung. Nama lain dari Tegal Desa adalah Bersih Desa. Bersih Desa yaitu dimana warga desa Watuagung melakukan upacara adat dengan cara membuat sesaji seperti nasi tumpeng, menyajikan polo pendem, polo pendem adalah tanaman yang tumbuh didalam tanah seperti ubi jalar, ubi kayu (singkong), ganyong, talas, uwi, kentang, suweg, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang dipanen oleh warga desa Watuagung sendiri. 

Penataan sayur-sayuran dan buah-buahan dibuat seperti segtiga yang ditata rapi, dan juga tumpeng, polo pendemnnya. Lalu tumpeng, polo pendem, buah-buahan, sayur-sayuran dibawah ke lapangan desa Watuagung dan disitu semua warga Watuagung berdoa bersama untuk meminta permohonan agar dijauhkan oleh tolak bala, diberikan keselamatan, sumber air tidak kering, dan warga yang mempunyai sawah atau kebun agar dijauhkan dari kerusakan yang mengakibatkan gagal panen, selain itu penyelanggaraan bersih desa dengan tanda bersyukur warga Watuagung. 

Setelah berdoa bersama lalu tumpeng dan lainnya di berebutkan oleh warga desa Watuagung. Dalam penyelengaraan Tegal Deso warga desa Watuagung selalu mengadakan hiburan seperti wayang kulit, kesenian jaranan, dan kesenian ludruk. 

Pelaksanaan bersih desa biasanya tiga hari tiga malam, setiap kali ada bersih desa ada juga kesenian yang tidak pernah terlupakan yaitu Seni Ujung, seni ujung adalah seni yang beradu kekuatan dengan saling mencabuk tubuh lawan. Pada tanggal 17 September 2020, meskipun ada covid 19 warga desa Watuagung tetap melaksanakan Bersih Desa dengan tertib dan jaga jarak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun